see? lihat ada berapa tower disana sementara disekitarnya mungkin hanya pemukiman biasa. kebanyakan orang yang tidak paham selalu mengaitkan 'hutan tower' dengan suatu kejahatan terhadap estetika tata ruang kota. namun tidak ada yang mau tahu ketika sinyal di Jakarta (ibukota negara) kalah besar QoS (Quality of Services)-nya dengan kampung halaman saya di bukittinggi yang bahkan penduduknya tidak sampai 10 persen dari total populasi di jakarta.
sebenarnya dalam perjalanannya ada yang bertanya, kenapa sih ga pake satu tower rame-rame? misalnya telkomsel, XL atau Indosat memakai satu tower bersama-sama? jawabannya satu. sudah terjadi, nama metode ini adalah Co-location, dan sudah jamak dipakai. apakah ini solusi? tidak.
dalam suatu tinjauan mengenai cakupan jangkauan suatu operator telekomunikasi, posisi ideal untuk menempatkan sebuah tower disebut Nominal Coordinate. kemudian si operator akan menghubungi tim Site Acquistion untuk meninjau apakah nominal ini cocok untuk dijadikan lokasi pembangunan site (yang biasanya tidak akan dapat). kemudian tim Sitac akan menentukan dimana kandidat yang kira-kira sesuai dengan dalam radius nominal yang ditunjuk, biasanya antara 0-200 meter diukur dari titik nominal.
ketika sampai fase mencari kandidat ini jangan harap semata-mata bergantung pada hasil perhitungan matematis atau simulasi. kita akan berhadapan dengan tantangan terbesar: warga dan pemilik tanah. disinilah letak dilema dalam pembangunan tower. tidak ada satupun yang ingin pemandangannya dirusak oleh tower namun tidak ada satupun yang ingin punya ponsel dengan kualitas jaringan bobrok. Dan disinilah muncul argumen dimana Co-location bukanlah solusi menghadapi tingginya pertumbuhan menara telekomunikasi. kenapa?
karena masing-masing operator memiliki lokasi yang berbeda-beda dimana jaringan mereka yang membutuhkan ekspansi atau perbaikan kualitas. area ini disebut sebagai search ring dan takkan pernah bisa sama. saya beri contoh:
- wilayah A dikuasai si Merah, kualitas biru bagus, merah jelek,
- wilayah B dikuasai si Biru, kualitas merah bagus, biru jelek
solusinya kalau seperti ini ya jelas co-location, syukur-syukur kalau nominalnya berdekatan, akan tetapi bagaimana kalau kondisinya seperti ini:
- wilayah A dikuasai si merah, kualitas biru bagus, merah jelek. tidak ada nom
- wilayah B dikuasai si Biru, kualitas biru jelek, merah bagus, tidak ada nom
- nom berada di wilayah C.
kondisi satu tidak menambah jumlah tower, tapi kondisi dua meningkatkan jumlah tower dari harusnya 2 menjadi 3. Sudah mulai pusing? baiklah saya lompat ke kesimpulan:
- menolak adanya pendirian menara telekomunikasi terutama di wilayah jaringan jelek dan congested kaya di jakarta itu adalah tindakan merugikan diri sendiri
- seiring dengan pertumbuhan kota yang makin pesat, tuntutan akan kualitas layanan telekomunikasi akan makin meningkat, pelanggan meningkat, fitur meningkat, sementara perangkat keras yang dibutuhkan tidak akan sanggup menahan beban tersebut. solusinya ya bikin lebih banyak tower, potong ketinggian tower hingga frekuensi yang dijatahkan untuk masing-masing operator dapat dipergunakan oleh sebanyak mungkin pelanggan.
- tower telekomunikasi bisa jadi bisnis yang bagus, asalkan anda sebagai pemodal bisa mendapatkan tim SITAC yang bagus dan kontraktor yang bisa bekerja sesuai target
No comments:
Post a Comment