Thursday, July 31, 2014
Operation Wota Merdeka 2, person of interest
“Mayor? Ini misi ga penting lainnya?” seorang pria bertampang om om berdiri sembari menggaruk-garuk selangkangannya yang tidak gatal. Proses yang menebar bulu jembut kemana-mana, major Taz dengan halus menutup ramen-nya yang separuh termakan dengan asbak.
“Paps, semua misi itu penting sekonyol apapun itu kedengarannya.” Major Taz menjawab dengan lelah sementara Bintara tingginya membolak balik berkas misi. “para wota adalah aset besar yang mesti dilatih, terutama kita tidak bisa percaya TNI yang telah disusupi, para milisi bersenjata yang tingkahnya mirip ama ISISA, dan tentu saja kau tidak bisa percaya dgn elemen lain yg bisa berkhianat secepat kau berganti celana dalam tiap hari.”
Major Taz memijat kepalanya yang makin pusing, misi yang dibebankan pada ODA 048 makin hari semakin aneh, mendirikan taman kanak-kanak di Nuk-mak-Gol Korsel ditengah padang ranjau dan area penyusupan komando korut, melakukan penyuluhan bahaya ranjau di Pattaya beach thailand dimana penyakit kelamin membunuh lebih banyak orang daripada ranjau, melatih polisi Laos dalam misi antibajaklaut dan berbagai misi tak jelas lainnya.
Misi utama ODA atau detasemen pasukan khusus amerika serikat adalah menggalang perlawanan, memadamkan perlawanan atau lebih tepatnya memenangkan hati rakyat. Diatas kertas misi ini berupa diplomasi, mempersenjatai atau melatih gerilyawan lokal, mengadakan layanan sosial dan budaya. Ibaratnya mereka adalah diplomat bersenjata, mereka juga menguasai taktik infantri tingkat tinggi sebagaimana pasukan khusus lainnya dan sanggup menggalang pasukan hingga satu batalion/ribuan orang.
Namun ODA 748 adalah pariah, berisi buangan dari detasemen lainnya, terutama para pembuat onar. Sersan Mayor Papa Noordraven, seorang persilangan indonesia negro, terlibat dalam sejumlah skandal seperti mematahkan jari petugas CIA, menggunakan jaringan pelacur utk mengumpulkan informasi di sisi lain juga IKUT beroperasi menjadi manager alias germo, menggelapkan material bahan bangunan utk barak tentara yg dibinanya utk diubah menjadi rumah judi, dan Major Taz curiga ia masih mengoperasikan sejumlah besar website judi online dan komik bajakan. Namun ia bukan pria sembarangan, tangannya sama mematikannya dengan para komando Delta, ia menguasai taktik infanteri tingkat tinggi, bahkan pernah menjadi Bintara tinggi Batalion. Taz amat bergantung padanya termasuk untuk mengurusi hal-hal seperti moral, latihan bahkan logistik.
Di seberang adalah Sersan Satu Whiskey Ario, eks Linud. Bintara logistik dan zeni. Pria itu beberapa kali dicurigai memiliki kelainan jiwa seperti kecenderungan membakar apapun. Namun ia adalah logistiksian andal, mampu mencari, menemukan dan memastikan distribusi amunisi hingga celana dalam terus mengalir entah darimana sumbernya. Salah satu partner papa noordraven dalam bisnis-bisnis unik. Ia juga seorang insinyur yang tahu cara mendirikan toilet hingga bangunan bertingkat dari benda apapun termasuk bambu. Dan menghancurkannya. Taz sendiri kadang harus memastikan ia tidak membawa pulang C4 atau granat dari arena latihan dan memodifikasinya menjadi benda benda aneh. Ya dan dia adalah orang yang ditunda kenaikan pangkatnya karena melempar stun grenade ke dalam toilet seorang perwira logistik divisi di Fort Benning.
Bintara senjata ODA 748 adalah Sersan dua Alpha Laksamana, pendiam hampir tak banyak omong. Selain dari hobi cabulnya yang membuat atasannya mengurut dada hampir tak ada yang aneh darinya. Dan dia juga wota, satu satunya yang mengenal sasaran di area operasi. Keahliannya adalah persenjataan, mulai dari merawat, mengoperasikan, memperbaiki persenjataan berat dan ringan yang dioperasikan di seluruh asia. Ia juga adalah satu satunya Sniper di ODA 748, tentengannya adalah HK417, satu lagi, ia adalah satu-satunya orang yang bisa mengoperasikan senapan, pistol, pisau baik dengan tangan kiri atau kanan. Bakat langka
Bintara medis, sersan dua Andrianoff. Merangkap bintara intelijen, ia adalah salah satu medis terbaik. Selain dari kebiasaannya mengedit dan membikin gambar dan poster-poster konyol yang mengejek AD dan para perwira tidak ada yang salah darinya. Ia juga satu-satunya yang membawa senapan mesin regu M249 SAW. Kelihatannya biasa saja, tapi dia bisa menambal gigi, menangani luka tembak, operasi usus buntu, dan ia sangat ahli memakai zat-zat narkoba sebagai alat interogasi. Pernah diselidiki oleh polisi militer karena beberapa taliban yang ia interogasi menderita impotensi setelah interogasi.
Bintara Komunikasi, Sersan Barfinsya. Ahli radio dan teknologi informasi. Ia adalah satu-satunya prajurit di ODA748 yang pernah dipenjara karena hacking. Ia juga ahli psikologi dan sering bahu membahu dengan andrianoff mengadakan operasi psikologi dan interogasi.
Major taz menghela nafas, dari normalnya 12 orang, ODA 748, kini ia hanya punya 6 orang. Dan kini ia menunggu kurir yang mengantarkan peta dan intelijen mengenai area operasi dimana ia harus menemui orang lokal.
“kenapa dirimu shinta?” dan satu foto lagi, “kenapa kamu sinka?”
Der Opresso Liber: Operation Wota Merdeka-1
7th SFSG Okinawa. ODA-748 Barracks.
Seorang pria bertubuh kurus mendayung sepedanya, melambai kepada penjaga gerbang yang terpaksa setuju dengan tingkah antiknya pulang jauh dari jam yang ditentukan. Tak berapa jauh sang pria melempar setumpuk DVD porno JAV terbaru yang menjadi oleh oleh bagi para caraka gerbang yang bosan kedinginan.
Ia turun dari sepeda dan melewati sejumlah barak kosong yang hampir roboh karena jarang dihuni. Ia membuka satu barak dan disambut suara dengkuran beberapa orang. Rutinitas di ODA 748 sepulang dari korea selalu sama. Tidur dan bermalas-malasan. Kecuali bintara peletonnya yang entah kemana, praktis hampir semua anggota ada dibarak.
Sang pria melempar tasnya, membuka celananya dan mulai mengeluarkan air seni. Bau tajam cerutu mahal tercium. Ia menghela nafas berat, “Kolonel?”
“major Taz, bagaimana penelitianmu?” sebuah suara dari WC duduk di ujung kamar mandi terdengar.
“menyenangkan… aku bertemu dan mempelajari banyak hal dari budaya jepang yang luhur dan telah ber-akar lama.” Mayor Arie Taz Notodiredjo menyelesaikan pipisnya dan menarik celananya. Menyiram toilet dan duduk diatas toilet sembari membakar sigaret lucky strike.
“maksudmu ngabisin sisa dana operasional detasemen untuk menggenggam tangan gadis gadis yang lebih patut jadi ponakanmu? Dan mempraktekkan bahasa jepangmu yang superpayah itu?”
Major Taz tidak menjawab apapun, kolonel ini memang menyebalkan. “saya tidak akan berkomentar banyak kolonel, terutama kita pernah sama sama muda.” Kemudian ia melempar puntung sigaret ke dalam lubang kakus, “siapa orang tolol yang melempar kondom dalam kakus?” dan menutu kakus, “ada situasi kurang penting apa lagi yang harus ODA 748 tangani?”
Sang kolonel melempar setumpuk file, “situasi di Indonesia. Penggalangan, kau dan ODA 714 diputuskan untuk menggalang perlawanan terhadap ISISA. Seperti biasa, turmoil dan perlawanan dan pemberontakan, misimu adalah, menggalang orang sepertimu, sesama wota..”
Major Taz mengangkat sebelah alis, “pardon me?”
“ya sesama wota, mereka termasuk fanatik terutama bila menyangkut gadis-gadis idola mereka. Ada bisik-bisik mereka berusaha mengungsikan idol mereka in case ISISA memasuki Jakarta, dan ISISA kini hanya berjarak 60km dari jakarta.”
“ini stupid. Darimana kolonel Yakin kita bisa menggalangnya? Ini konyol dan bunuh diri!” major Taz menyobek-nyobek dan melempar lembar lembar briefing ke dalam lubang kakus.
“kalau tidak konyol dan misi ini bakal berhasil aku akan memberiannya pada Delta atau SEAL atau SAD CIA, bukan detasemen pariah dengan prestasi paling rongsok di seluruh 7th Special Forces.” Sang kolonel menghirup cerutunya. “major Taz, lulus dari sekolah perwira nomer dua dari bawah, mencoba tiga kali masuk Special Forces, gagal promosi dua kali, sekali penundaan pangkat, semua medali dicabut, sementara rekan se-lichting-mu sudah jadi letnan kolonel dan punya batalion sendiri, kau tetap jadi komandan detasemen. Dan kau mengharapkan dapat misi high profile?”
“terserahmu Kolonel, oh ya, lain kali kalau menceramahiku pakai celana dulu.” Major Taz berlalu, sang kolonel melanjutkan game di tabletnya sambil memasang wajah tak peduli.
“Dammit, three stars? This angry bird space is a joke!” dan suara babi tertawa terdengar
Monday, July 7, 2014
jatuh Bebas scene 2, Indonesian Warfare.
Ruang Rektor Akademi Angkatan Udara Revolusioner.
Seorang pria menatap dua taruna yang berjalan di kejauhan sementara berpapasan dengan seorang gadis mengayuh sepeda. Ia menghirup rokok kreteknya dalam dalam tanpa mempedulikan asap yang makin pekat dalam ruangan.
“kenapa Kolonel? Masih ingin kedua badut itu dihukum?” satu suara pria terdengar berat di seberang ruangan.
“tidak, sermatar Wawan dan Sermatar Surya. Dua badut itu cukup menderita selama disini. Apa yang Om Chris ketahui tentang dua badut itu?”
Brigadier General Christian Halohoan Warouw berdeham. “mungkin kau anggap badut, tapi Sermatar Surya adalah salah satu top dikelasnya. Kesehatannya tidak begitu bagus kemungkinan ia akan jadi perwira darat atau intelijen, sermatar Wawan Christo disisi lain tidak begitu cerdas namun ia adalah salah satu kandidat top disekolah pilot.”
“aku mau kedua badut itu di skuadron keponakan Om, si Aditya Warouw.” Sang kolonel mematikan rokoknya di asbak, “kenapa om Chris?”
“Kolonel Noordraven. Aku tahu kau selalu mencari pilot pilot baik, akan tetapi mereka berdua adalah material biasa. Mereka bukan top dan siswa sempurna kita punya banyak kandidat lain.. dan juga..”
“ya om tahu berapa tingkat korban di Legion, dan om tahu sebenarnya mengabdi di Legion adalah untuk para pilot bayaran, dan om sendiri tahu bahwa kebanyakan orang-orang Aurev sendiri tidak memandang legion sebagai bagian dari mereka. Begitu?”
Brigadier Chris Warouw terdiam, “aku tahu Noordraven, sedikitpun aku tak meragukan kemampuanmu. Tapi tolonglah pikirkan lagi, mereka berdua Cuma bocah!”
“kenapa Om? Ada yang mengganggu pikiranmu? Selama ini om tak pernah komentar ketika aku meminta sukarelawan untuk legion.. kenapa sekarang berbeda?”
Brigadier Chris menggelengkan kepala, “baiklah kolonel Noordraven, kau menang. Setelah Gala Dinner kelulusan mereka berdua milikmu.”
Kolonel papa Noordraven tersenyum, “terimakasih Om,” dan memberi salut sempurna, berlalu dari ruangan.
Kolonel Papa Noordraven menyusuri koridor dan keriuhan terdengar. Para kopral Taruna sedang mempersiapkan Gala Dinner kelulusan. Ia menuruni tangga dan mencari sudut terjauh dan menemukan sebuah ceruk kecil yang tidak ada siapapun. Tulisan diatasnya: KAFETARIA MOU.
Tanpa menoleh kemanapun ia mengambil asbak dan duduk. Membuka tas-nya dan mulai mencatat. Aurev dan Perang tidak memperlihatkan hasil yang bagus. Hampir dua tahun perang Kota Manado, Makassar, dan sekujur kota kota Permesta lainnya hancur dihajar AURI. ADRI melakukan perang gerilya dan raid sepanjang perbatasan jambi Sumbar, dan ALREVhanya melakukan operasi Ship Raiding melawan shipping di perairan indonesia. Logikanya berputar, pengalamannya selama bertahun tahun bertempur di Afrika, dan timur tengah mengambang. Aurev harus bertempur, akan tetapi kurangnya suplai pilot dan waktu latihan membuat Aurev hanya menjadi Angkatan Udara yang bertarung ala gerilya, terbang cepat lempar misil sesekali berduel dengan AURI, namun AURI memiliki pilot yang jauh lebih berpengalaman dan jam latihan lebih royal dan lama.
Legion Asing Aurev, atau Legion sendiri baru lengkap peralatannya dalam sebulan, sementara ia harus bisa memberikan hasil dalam tiga bulan. Ya tiga bulan sebelum proyeksi pemerintah pusat Jawa akan melaksanakan big Push di Sumatera. Artinya… ya ia harus bisa mengambil keunggulan di udara agar sebagian besar kekuatan jet tempur yang ada bisa ditransfer ke Front Barat.
Kolonel Noordraven menghela nafas berat. Seekor kucing berjalan diam diam mendekat kedalam dapur, dan kemudian berlari kabur diiringi teriakan seorang gadis. Gadis itu berlari keluar tanpa daya. Namun sang kucing sudah selesai memakan sepotong ikan tongkol. Well…
Diam diam
Kabur?
Kenyang?
Kolonel Noordraven tersenyum. Gadis itu mendekat sembari menggerutu, namun menampilkan senyumnya tertulus ketika melihat Noordraven duduk sendirian di pojok. Ia mendekat dengan kertas.. ditangan. “Siang Paps, makan apa hari ini?” jawabnya dengan suara agak tertahan namun lembut.
“aku sudah bertahun tahun makan disini dan kau masih tanya aku mau makan apa?” Noordraven berujar tanpa mengalihkan matanya dari kertas di meja. “dan berhentilah memanggilku papa, aku baru 26 tahun.”
Gadis itu hanya tertawa cekikikan, tertahan dan kemudian membesar. Kolonel Noordraven mengangkat wajahnya, menemukan gadis berwajah bulat, dengan mata sipit karena tertawa. Ia sangat manis, meskipun hanya dengan kemeja yang lusuh karena dipakai bertahun tahun dan rambut yang digelung kebelakang dengan menampilkan jidat putih yang menyilaukan. Mata segaris itu bertemu matanya…
“Raisa, apa yang kamu tertawakan?” kolonel Noordraven menghela nafas dan akhirnya tersenyum, “yasudah, seperti biasa, nasi, udang goreng, sayur, es kopi.”
“karena kalau aku tak tersenyum papa juga tidak tersenyum, wajahnya kaku, kering seperti kain lap.”
“karena senyummu bagus, harus begitu aku bilang hal yang sama berkali kali?” kolonel Noordraven tersenyum tipis, “tolong cepat ya, aku ada rapat setelah ini.”
“iya paps…” raisa berbalik menuju dapur. Kolonel Noordraven memandang gadis itu menghilang. Ia tak punya istri, anak ataupun keluarga. Satu satunya orang sipil yang ia akrab ya gadis ini. Raisa Fairunnisa, ia dan ibunya membuka kedai makan di Akademi Aurev. Kolonel Noordraven mengingat senyum raisa hari ini dan kembali menekuni dokumen.
jatuh bebas, Indonesian Warfare, Sons of the Eagle...
Dan cerita ini dimulai…
Seorang pria berjalan diantara dinginnya tepian danau Tondano. Berujud dalam fikirnya tentang hari esok yang akan diarungi. Ketika sayup sayup gemuruh terdengar di kejauhan, dari balik bukit bukit yang memagari danau Tondano. Menengadah ia menatap langit. Dan gemuruh itu menggentarkan bumi yang terpijak kakinya.
Delapan bayangan gelap menikung dan melintasi danau tondano sambil melepaskan suar suar menerangi. Lembut mengapung sementara gemuruh memecahkan hening melesat dalam kresendo audio angkasa. Sang pria tersenyum. Suatu saat ia akan berada disana…bersama para Pilot Legion.
Suara berderit terdengar ketika gemuruh delapan jet Strike Eagle menghilang. Ia tahu suara deritan itu, sang pria berbalik dan seorang gadis berkulit coklat tersenyum lembut. Ia hanya menatap akan tetapi setiap hendak menyapa gadis itu hanya tertawa lepas. Ia menggenggam dadanya lembut, memaki kepengecutan yang berulang hampir dua tahun lamanya setiap hari dan terus berjalan. Berlawanan dengan derit sepeda yang dikayuh sang gadis
“ahoi minsur!” seseorang memanggilnya dan pria muda lainnya bertubuh kecil muncul dari balik rimbun pepohonan sembari menyodorkan sejumlah besar apel. Sang pria memandang curiga. “sudah jangan munafik. Ini makan!”
“masih maling dari kebun apel Legion Sukarelawan? Kau mau diamuk Papa?” ia sudah berkali kali mengingatkan rekannya. Wawan. Yang berkali kali ditangkap sebagai maling buah di kebun milik legion.
“terserah, hari ini kelulusan, hari terakhir aku bisa maling, lagipula siapa yang tahu apakah esok kita masih hidup dan kau berfikir untuk hidup jadi orang baik-baik?” wawan mengunyah apelnya, “ya besok, sebulan ataupun setahun kita juga akan mati. Tak heran mereka menanam sakura di halaman akademi. Mengingatkan bahwa kita hanya sakura yang kelopaknya berguguran ketika mekar.”
Minsur menepuk bahu Wawan dan mereka berdua berjalan menuju akademi Militer Angkatan Udara Revolusioner milik permesta
Jatuh Bebas: Indonesian Warfare, Prologue
Dalam perjalanan Indonesia sejarah selalu berulang, dan kali ini pemilu melahirkan pemimpin lain. Seorang Ultranasionalis, Bhirowo Herusasongko yang naik tahta dengan dukungan para fanatic dan dibantu oleh sejumlah besar pengusaha konglomerasi local. Langkah pertamanya adalah menasionalisasi sejumlah besar asset asing yang ada di Indonesia.
Tindakan tersebut melahirkan kemiskinan baru dan pergantian penguasa sumberdaya dari asing menjadi negeri sendiri dan kemiskinan baru mulai menggantikan kemiskinan lama. Melahirkan bibit-bibit ketidakpuasan yang digilas dengan keji oleh sepatu lars tentara.
Tidak berapa lama, sejumlah besar pemimpin politik Sumatera Tengah dan Utara serta Sulawesi mendeklarasikan apa yang disebut Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia Perlawanan Rakyat Semesta/ PRRI PERMESTA. Tidak berbeda dengan pendahulunya gerakan politik ini dibekingi oleh para colonel dan politisi daerah. Didukung dengan sejumlah besar tentara yang membelot, sumberdaya rampasan mereka mulai memberontak.
Taktik kontragerilya tentara Jawa memang gampang ditebak. Bakar dan hancurkan. Akan tetapi pergeseran informasi konflik tidaklah sama seperti tahun 1950’an dan dunia dapat melihat apa yang menjadi sisi gelap operasi kontragerilya tentara pusat.
Dan pada tahun 2016, swedia adalah Negara pertama yang memberikan bantuan dan 40 orang pilot pertama AUREV atau Angkatan Udara Revolusioner lahir. AUREV memulai operasi melawan Tentara Pusat dengan jet Gripen, meskipun Gripen Samasekali bukan tandingan F16C dan Flanker-E milik AURI akan tetapi fleksibilitas operasi Gripen yang sanggup beroperasi di jalanan sekalipun membuat mereka bertahan.
Di tahun 2019, US mulai memberikan dukungan peralatan pada pemberontak, meskipun tetap melalui broker dan secara rahasia. Mereka menurunkan sebuah skuadron yang diisi para pilot tentara bayaran dari Negara yang juga berbahasa Indonesia, yakni Sommenesia dan Solnistan. Dua Negara yang dicabik perang sebelumnya. Sementara mereka memakai pesawat dari Negara lain untuk kerahasiaan. Yakni F15I Ra’am dari Israel. Para pilot tersebut diturunkan untuk menjadi pelatih bagi pilot Aurev lainnya.
Setahun kemudian Perancis memutuskan untuk menjual sejumlah besar peralatan lainnya pada pemberontak, jet Multifungsi yang tidak pernah laku dipasaran. Rafale B dan C diturunkan dengan diisi para pilot bayaran. Dan pada tahun 2020. Para pilot bayaran ini dilebur oleh Aurev dalam satu Wing Operasi tersendiri yang disebut IAVG. Atau International Aviation Volunteer Group. Terdiri dari
1. 7th Volunteer Tactical Air Squadron, diisi oleh 24 jet F15I Ra’am atau Strike Eagle. Dibawah pimpinan Kolonel Rolf Guenther Noordraven.
2. 1st Agressor Training Tactcal Air Squadron, diisi oleh 12 jet MiG-29 OVT, dibawah pimpinan Letnan Kolonel Gede Agung Laksmana.
3. 3rd Volunteer Tactical Air Squadron, diisi oleh 24 jet F16D Soufa, dibawah pimpinan Letnan Kolonel Prada Aditya Warouw.
4. 12th Transport Support Squadron, diisi oleh 5 tanker Airbus A-330 MRTT, 3 E-767 AWACS, 2 Dassault Phalcon JSTARS, dan 2 AC130H Spectre Gunship dipimpin oleh Brigadir General Xavier “Whiskey” Wishnuwardoyo
5. 21st Special Mission Battalion, diisi oleh 24 helikopter angkut, dan 16 heli serang plus dua kompi pasukan khusus untuk misi SAR dan operasi Khusus. Dibawah komando Mayor Peter Enrico Waworuntu.
dan.... demikianlah ketika layar latar terbuka.. medan cerita ditulis dan sejarah menulis...
Subscribe to:
Posts (Atom)