Sunday, September 28, 2014

Ace Combat Fiery Horizon: Flight of Karambit



Santa Hanna Airbase, 7th International Aviation Volunteer Group Regiment, 11th Squadron Walkuristan Air Force.

enambelas orang berjalan menyeberangi landasan yang berisik oleh suara kompressor mengalirkan udara bertekanan ke Delapan pesawat berwarna kelabu yang terparkir rapi. sementara para mekanik sibuk memeriksa dudukan senjata dan memastikan tidak ada baut yang lepas, longgar dan semua sistem beroperasi penuh.

"Paps, kau masih waras?"

"Fox, kau sudah bersamaku sejak perang saudara indonesia, kau tahu jelas aku SANGAT waras." Kolonel Adolf Nordraven menjawab perwira eksekutif Resimen, Mayor Fox Ghazali.

"tetapi menyerang armada Bomber Walkuristan, pengawalnya hanya dengan 8 pesawat itu sinting.."

"tenang, kita hanya membuka jalan, misi kita adalah menghancurkan skuadron pengawal mereka, Vityazhi. setidaknya mengurangi jumlah mereka, aku tidak bodoh Fox."

Fox terdiam, bukan kali ini ia mengikuti kolonelnya mengikuti misi setengah sinting berbau bunuh diri, tetapi entah kenapa ia selalu selamat. menaiki tangga pesawat dan menjatuhkan dirinya di kursi belakang, dan mengencangkan sabuk pengaman enam titik, mencabut pelatuk kursi lontar dan memastikan tidak ada barang-barang di kokpit yang dapat lepas.

kolonel Papa menyambung prosedur, memastikan electronic flight pad, bentuknya mirip ipad di paha kirinya terpasang dan data-data tersambung ke sistem diagnostik pesawat. menyambungkan masker dengan sistem oksigen pesawat. dan memeriksa sistem pesawat, begitu semua sistem berwarna hijau ia mengangkat satu jari dan memutarnya.

tangan kirinya menekan sejumlah tombol dan udara dari kompressor eksternal mengalir masuk dan bahan bakar disembur kedalam kamar bakar mesin eagle. dua getaran terdengar ketika tuas throttle di dorong ke minimum. kru melambai dan Strike eagle kini bergulir menuju landasan, diikuti wingman.

"Paps, disini Ikal, kondisi green, kita cleared to take off." Mayor Haikal "ikal" memecah komunikasi. papa mengangkat jempol dan meneruskan manuver menuju landasan pacu


papa mengetuk tombol transmit dua kali. mendorong tuas gas ke maksimum, mesin menggelora sementara turbin berputar maksimum mengirimkan tenaga, mendorong strike eagle ke kekuatan maksimum, papa mendorong lebih jauh lagi mengirimkan beberapa puluh kilogram bahan bakar ke ruang belakang... membentuk lidah api yang disebut afterburner.

papa menarik tuas kemudi ke maksimum dan kini sang rajawali besinya menanjak menuju udara bebas. hanya memakai setengah dari panjang landasan seharusnya, teknik lepas landas yang menjadi kebiasaannya di medan tempur, sangat boros bahan bakar namun itu sudah termasuk dalam rencana.


ia menggeser kemudi dan menariknya, membelokkan eagle sebesar 120 derajat ke kiri, diikuti haikal 4 detik kemudian dan enam rajawali lainnya berbelok menuju langit biru, kedua sayap terentang. papa melirik jam, dalam 30 menit, matahari terbenam dan operasi kerambit dimulai. ia menarik landing gear dan memasukkan flaps dengan jemari kirinya.

papa menggeser dan memeriksa sistem senjata, terdapat enam misil AMRAAM, empat misil Sidewinder terbagi dalam cantelan di sayap dan tersimpan di ruang senjata melekat dengan bodi eagle. sistem pertahanan aktif, dan jaringan datalink yang memungkinkannya melihat apa yang rekannya lihat di radar, 

sementara matahari terbenam pelan pelan, delapan jet eagle melesat menuju angkasa, di kejauhan terlihat dua titik berupa tanker yang akan mengisi kembali bahan bakar untuk misi yang akan berlangsung dalam 45 menit lagi.

Airspace B7R, Resimen Ke-9 Vityazhi/knight of Gumrakiya Empire Frontal Aviation




getar-getar mesin terdengar dibawah tempat dudukku sementara matahari mulai terbenam di ufuk melambai menyapa dataran hijau dibawah yang berubah menghitam. matahari senja yang dahulu dihabiskan bersama seseorang, hanya berdua. dan kini hanya sendirian di kecepatan subsonik membelah angkasa.

namaku Alpha Ivanevich Vityazhi, pilot dan komandan resimen ke-9 Gumrakiya. negaraku berperang dengan Walkuristan, berdasarkan hal simpel, perebutan hak-hak sumberdaya alam. dan kini Kaisarina Katyarona pemimpin tertinggi Gumrakiya meminta kembali haknya. dengan paksa tentunya.

setelah 3rd Shock Army berhasil menembus pertahanan di pegunungan gagarin, kini Divisi Pengawal ke 12 berpacu bersama dengan Divisi pengawal pertama di sisi kiri dan kanan Walkuristan. Mayor Jenderal Chris, kesayangan kaisarina kini bertempur melawan delaying action dari sisa sisa pasukan walkuristan, meskipun dengan korban cukup besar namun mereka terus maju. sementara divisi pengawal pertama ditugasi merebut kota Kronviennystadt yang dipertahankan dengan gigih oleh dua divisi pasukan payung Walkuristan. kota itu adalah satu satunya kota yang memiliki jembatan cukup layak untuk menyeberangi sungai yang memisahkan walkuristan utara dan selatan.

dan kini, aku bersama 16 jet lainnya bertugas mengawal 40 pembom Tu-16K mengebom ibukota Walkuristan. WAF semakin pandai, mereka sangat gigih melawan pembom di siang hari, sehingga kini pemboman hanya dilakukan malam hari, praktis karena mereka tidak memiliki pesawat yang dapat bertempur malam hari.

aku mencoba menikmati penerbangan kali ini, hampir tidak ada resiko. layar radar bersih samasekali. dan mungkin aku bisa memikirkan Ve, dan omongannya. namun....

dua ledakan terlihat dan dua Flanker yang berada di belakang formasi pembom berubah menjadi bola api. 

"bandit, bandit bandit! evade!" teriakku, menarik throttle dan menikungkan pesawat ke belakang, berbelok 180 derajat dengan ahli, menghidupkan raster radar ke power maksimal dan melihat empat kontak. 50 kilometer jauhnya. kini delapan jet bergerak saling mendekat, aku memeriksa RWR, namun tidak terlihat kontak dari radar musuh, seharusnya ada.....

tak lama tone radar penguncian kembali terdengar, aku membanting kemudi mendadak ke bawah, diikuti Arya, wingman-ku sementara puluhan berkas terlihat melesat, menghantam jet jet flanker yang tak sempat menghindar, berledakan.

tidak ada tone'

tidak ada berkas radar,

hanya kontak sesaat dan menghilang, 

"oka nieba, disini Vityazh! kami diserang, separuh escort hancur, meminta izin membatalkan misi."

"negatif Vityazh, press and engage!"

"negatif Oka Nieba..."

"perintah sudah jelas, perintah hanya dari kaisarina sendiri. dilarang mundur!"

"Govno!" aku memaki "Ar...Strela, kau baik baik saja?" tanyaku pada wingman, Mayor Arya.

"siap kolonel semua sistem hijau."

"sambut mereka!"

diikuti delapan jet yang tersisa kini mendekat, menghidupkan radar dan meluncurkan misil misil, namun hanya beberapa saat scope radar dipenuhi oleh noise jammer. aku menghidupkan optik OLS flanker dan kini mereka terlihat di layar FLIR Flanker 

ada empat jet di depan, tidak ada jalan lain selain memakai pertempuran jarak dekat, namun mereka memakai taktik aneh, dua pesawat menukik, dan dua lainnya menanjak jauh melewatiku, taktik klasik. aku melihat pesawat apa yang menjadi lawan.... strike eagle...

para pilot bayaran itu lagi. aku menarik tuas, menanjak dan kini jarak hanya 10 kilometer, melakukan manuver kobra pugachev berbalik untuk menerkam jet yang kini menukik, manuver yang tak bisa diikuti oleh jet lain. dari balik kacamata malam aku melihat eagle yang menanjak mencoba berbalik, namun... mereka tak akan berbelok tepat waktu untuk menyelamatkan temannya...





"Vityazh! Misil!" aku terkejut dan melihat sebuah berkas diarahkan tepat kearahku dari jet lawan yang belum menyelesaikan belokannya, aku mendorong tuas, namun karena manuver kobra, kecepatan pesawat menurun drastis, dan aku hanya mencoba membelokkan pesawat setajam mungkin sementara suara gemeretak terdengar... "warning, warning, over G" aku melihat indikator kecepatan dan gravitas mulai menyentuh angka 11 G, dan aku bersumpah sidewinder yang ditembakkan oleh strike eagle hanya berselisih sekian meter dari kaca kokpit 

"strela!" aku melihat ledakan terlihat di pesawat arya, namun ia tetap bisa mengendalikan jetnya, meskipun asap tebal mengepul dari bodi pesawat.

"vityazh Skuadron!" teriakku ke radio

"vityazh Skuadron!" tidak ada jawaban, aku mendekat ke arah Flanker arya, yang tertatih tatih menjauh menuju utara. tidak ada piliha lain selain mundur. di layar radar aku melihat enam jet strike eagle kini mendekat ke formasi bomber, dan satu persatu penanda unit bomber menghilang dari radar.

"Alps, mereka mendekat!" aku melihat dua jet mendekat, namun satu berpisah, kini hanya ada satu yang mendekat. dilema....

jika aku mengejar, eagle satunya akan dengan gampang menembak jatuh arya. jika aku tetap dalam formasi mereka dengan gampang menembaki, satu satunya cara adalah...

"Kolonel, lawan mereka, balaskan dendam kawan-kawan, sampaikan salam pada Naomi!" teriak arya di Interkom.

aku berpikir sejenak namun eagle itu mendekat dan menggoyangkan sayapnya. isyarat perdamaian, apa maksudnya ini. aku melihat strike eagle itu memasukkan rudalnya ke dalam bodinya. itu mengapa mereka dapat berbelok dan lincah dalam pertempuran tadi. praktis kini tidak ada senjata yang bisa ia gunakan.

strike eagle terbang merapat ke sayap kiri ku, dan pilotnya menaikkan tangannya dalam isyarat internasional,

TERBANG DALAM FORMASIKU, TETAP MENUJU UTARA,

aku membalas dalam isyarat, mengingat aku tidak tahu frekuensi radio strike eagle hitam ini, KENAPA AKU HARUS MENURUTIMU

MEREKA MELIHAT MARKING JET INI, UNIT ANTIPESAWAT WALKURISTAN TIDAK AKAN MENEMBAKIMU DAN TEMANMU. jawabnya

aku menggeleng dan kembali bertanya, KENAPA?

KEHORMATAN, FAIRNESS! 

tak sampai 20 menit, dan dalam lima menit kini aku mendekati ruang udara Gumrakiya, dan kembali mengeluarkan israyat KENAPA?

BROTHER, HEROES, FOES,  dan ia menambahkan.... BERTARUNG DENGAN FAIR DAN ADIL, KITA ADALAH SAUDARA, DAN KITA ADALAH KSATRIA, PERGILAH

ia menggoyangkan sayap dan memberi salut yang kubalas, sebelum kemudian berbalik.

aku tak berkata apapun dan secepat ia berbalik, secepat itu ia menghilang....

brothers, heroes, foes..... dan terus itu terngiang di pikiran...

Ace Combat Fiery Horizon: Interlude-The Girl With A lonely Throne

pengorbanan.... apa yang kauketahui tentang pengorbanan?

bagiku pengorbanan adalah suatu kobar kobar hati yang selalu kupendam. bagiku pengorbanan dan cinta adalah suatu koin, memiliki dua sisi namun tak pernah bersama ketika mereka ingin berdua menjadi satu.

aku memiliki apa yang semua gadis inginkan apa yang semua lelaki inginkan. aku memiliki tahta, aku memiliki apapun yang kau minta akan menjadi kenyataan seketika. tanpa harus memikirkan apa harganya. semua orang berlutut ketika aku ada dan semua orang akan menuruti apa inginku. apa yang datang dari tahta dan hak sebagai pemegang kekuasaan.

namun ada banyak hal yang tak bisa dibeli dengan kekuasaan... termasuk dia,

ada tiga jenis manusia disini, di walkuristan. negeri yang berdiri sebagai pecahan, rakyat biasa yang kau temui, para ksatria yakni para rakyat biasa yang mengabdi di ketentaraan dan golongan bangsawan. dua yang sebelumnya bisa saling memiliki, namun bangsawan dengan rakyat biasa? tidak pernah, kecuali seorang lelaki menikahi rakyat biasa. atau sang perempuan mau melepas gelarnya demi memiliki sang pria.

dan sekarang ketika negara dalam bahaya ia pergi... 

dan ketika hatiku dalam bahaya ia pergi...

dan ia mengatakan semuanya untuk kebaikanku....

semua cerita ini dimulai tigabelas tahun lalu, ketika aku hanyalah seorang balita, dia muncul, menjagaku, mengajariku hampir semua yang kuketahui sekarang. ia mengajari apa itu keadilan, ia mengajari berkuda, ia mengajari bagaimana melawan dominasi lelaki, hingga aku berusia 15 tahun ia mengajariku untuk tidak tunduk dan bersikap sebagai seorang penguasa.... dengan cara menyakitkan tentunya.

"ya aku mencintaimu, semuanya untukmu, kau minta sekarang juga nyawa ini kuberikan. kau perintahkan aku berada di sisimu selamanya aku akan berada disana. tetapi aku hanyalah pionmu Ratu, sekarang kau seorang ratu, tidak ada yang lain. jika kau memintaku untuk mencintaimu aku lakukan tapi KAU tak bisa mencintaiku..

karena engkau cahaya negeri ini, kau adalah nyawa dari negeri ini, negeri ini bukan punyaku, tapi milikmu, kau tidak bisa dan tidak boleh membuangnya demi ambisimu.

dan jangan mengatakan apa yang kaurasakan padaku itu cinta, aku ksatria, aku tentara, nyawaku sudah jadi milikmu, kau tidak bisa mencintai seseorang yang akan dibuang dengan sukarela ketika negeri ini dalam bahaya."

dan sejak itu ia hampir tak pernah muncul dengan senyumnya lagi. sejak itu ia tak pernah memainkan "sunflower girl" lagi. ia hanya sesekali muncul sebagai tamu, selalu sendirian... dan kini aku hampir tak mengenalnya lagi, tetapi bagaimana kau melupakan seseorang yang mengajarimu semuanya? banyak lelaki yang lebih pantas datang ke hadapanku, menawarkan apa yang tidak ia punya, kekayaan, jabatan, pendidikan yang lebih tinggi. tetapi tak ada yang bersikap....

yang pasti bukan dia....

ketika ia datang kembali, ia bersama seorang tentara bayaran, ia memintaku untuk menjadi panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Walkuristan. dan ia memintaku menuruti ide yang kubilang diluar batas waras. tetapi aku tetap menurutinya....

karena 

karena percaya padanya.....

sepertinya ini akhir dari catatan hari ini, gegar terdengar diluar, sepertinya Kolonel Adolf Nordraven serius hendak menghentikan teror pembom Walkuristan. semoga ia selamat, karena aku tahu seseorang menunggunya, seorang gadis pelayan kedai kopi yang selalu tersenyum melihatnya.

namun aku samasekali tak berharap ia akan sepertiku dan Dhanez, mencintai seseorang yang mencintai hal lain yang tak bisa kau cemburui, negara, langit dan pertempuran....

Gott Mitt Uns



Queen Vienny Fietrillya
House of Valkyrie

Saturday, September 27, 2014

Ace Combat Fiery Horizon: Attrition

Major Dhanez Dieter Guederian, 1st Queen's Guard, Coldsteel Division.

ledakan bergemuruh ketika peluru artileri berdesingan berjatuhan disekeliling padang, dimana mata elang memandang lembah luas terbentang amat luas. pecahan peluru artileri berdentingan menghantam kulit kubah panzerkampfwagen alias Tank Leopard. dimana matahari bersinar teri

dengan berlatar matahari dibelakangnya, seorang komandan tank mengintip dari balik teropong lapangan sementara debu debu beterbangan dari track tank yang menggaruk tanah musim panas walkuristan. ia melambai sementara loader tank mendorong sebutir munisi kedalam ruang tembak.

komandan batalion ke 2, Guards Tank Division Coldsteel, Mayor Dhanez berkeringat. sementara ia dan 15 tank leo lainnya kini menempati garis pertahanan sepanjang 800 meter yang kini menghalangi ujung tombak dari 3rd Shock Army, 117th Battalion dari Gumrakiya empire.

di kejauhan kini puluhan kendaraan tempur infanteri BMP mulai memenuhi cakrawala, ditemani ratusan infanteri yang berlarian mengimbangi laju monster monster berlapis baja. mayor dhanez memutar teleskop dan diantara barisan tank tank yang tersembunyi di lereng bukit terlihat kendaraan tempur infanteri Marder dengan diisi prajurit cadangan dari Walkuristan.

"empat ribu meter..." gunner berteriak di interkom

"tiga ribu meter...."

"duaribu meter...." jet jet beterbangan dari arah Gumrakiya, namun beberapa berkas mengejar mereka, menjatuhkan setidaknya dua diantaranya, setelah menjatuhkan sejumlah tabung napalm... dhanez tidak khawatir karena napalm tersebut jatuh diblakang posisinya...

"seribu meter... mereka bisa melihat kita mayor!"

"sabar Ger.." jawab mayor dhanez kepada bintara senior batalion, gunner tank.

"delapanratus meter!"

"tembak!" teriak dhanez ke radio, Sersan Geryn Leonardo menarik picu, mengirim sebutir peluru uranium panas ke eselon depan BMP lawan, menembus sebuah BMP dan meledakkannya menjadi sampah besitua.

"loading!" loader menginjak tingkap amunisi, menarik sebutir peluru lagi, mendorongnya dengan kepalan tangan sebelum ruang peluru menutup secara otomatis.

"target, BMP, 2 o'clock! load Sabot" Dhanez berteriak

"loading!" loader menginjak tingkap amunisi, menarik sebutir peluru lagi, mendorongnya dengan kepalan tangan sebelum ruang peluru menutup secara otomatis.

Geryn menggeser joystick dan motor listrik memutar kubah ke sasaran, "steady." begitu scope menemukan sasaran ia menekan tombol di telunjuk mengirimkan berkas laser yang secara otomatis menghitung jarak, suhu, angin dan otomatis menentukan titik bidik terbaik yang segera dikunci oleh sersan Geryn, "ON!"

"FIRE!"

"ON THE WAAAY!" Geryn Meremas pelatuk dan meriam menyalak, mengirim proyektil uranium berkecepatan tinggi menuju sasaran.

dhanez melihat kilatan dikejauhan dan BMP sasarannya menjadi besitua.

"loading!"

"cease fire, BMP,  11 o'clock!"

"Steady, ON!"

"Fire!"

"on the way!"

diluar sejumlah infanteri di perkubuan menembakkan misil antitank dan mulai berduel adu tembak dengan infanteri lawan. senapan mesin menyalak bergemuruhan bersama dengan letupan autokanon, mortir berledakan diantara infantri musuh.

"terlalu banyak mereka Mayor!"

"jangan meleng terus menembak!" teriak Dhanez pada Geryn.

terjangan infanteri lawan semakin mendekat, mereka menembak, tiarap, bangkit menembak tanpa mempedulikan peluru berdesingan. namun mereka tidak dapat menembus jarak 100 meter.

"TANK!"

Dhanez memutar teleskopnya, melihat siluet setidaknya 16 tank T-80 lawan kini melaju balik menembaki posisinya. ia mendengar dua ledakan keras, melihat setidaknya satu Marder menjadi rongsokan dan leo disebelahnya hancur dihajar peluru tank.

"counterfire! tank, 10 o'clock" teriak Dhanez, namun satu peluru tank menghantam lereng bukit persembunyiannya, hanya 2 meter dari kubah tank. tembakan balasan mengubah tank lawan menjadi bola api.

"zulu calling, zulu for papa!" teriaknya ke radiio.

"zulu calling, zulu for papa!" tidak ada jawaban...beberapa ledakan lagi terdengar dan lima marder lainnya hancur diterjang peluru tank lawan.

"zulu calling, zulu for papa!"

"roger, papa here, we;re cleared hot!"

"execute execute execute!" dalam hati ia memaki para pilot bayaran IAVG yang terlambat datang.

"fall back fall back, posisi dua!"

"attention all unit this will be a danger close fire mission!"

Dhanez membuka tingkap tank dan mengokang senapan mesin berat M2, mulai menembaki infanteri lawan sementara marder memutar gigi mundur dan meninggalkan posisi bersama dengan korban luka dan infanteri berlarian meninggalkan perkubuan.

"Driver! Mundur!" leopard tank itu meloncat kebelakang sementara tank lawan kini berpacu mendekat. dua tank leopard yang mundur terkena tembakan, satu meledak berkeping-keping sementara satu lagi tetap mundur meskipun armornya rusak parah.

dhanez memandangi langit sebelum delapan titik hitam bermunculan dari kanan, sangat rendah dan semakin lama semakin membesar sebelum masing-masingnya menjatuhkan 12 bom seberat setengah ton ke kerumunan tank dan panser lawan.

parasut membuka dan delapan jet itu menjatuhkan suar suar untuk mengecoh rudal, beberapa rudal mencoba mengejar namun jet jet hitam Strike Eagle  sudah menjauh dari palagan.

"URAAAA! MALAIKAT HITAM!" teriak sersan Geryn ketika gemuruh Strike eagle meninggalkan palagan. suaranya tenggelam oleh gemuruh ledakan-ledakan di formasi lapis baja lawan.

tank tank dan panser yang tersisa mengambil posisi di dasar bukit. tak sampai 10 menit, infanteri lawan mulai muncul dari atas bukit dan tembakan senapan serbu terdengar. dua kompi infanteri menyerang sebelum dihabisi oleh tembakan senapan mesin dan autokanon marder. kemudian tank T-80 muncul,

Dhanez mengerti betul karakteristik tank Rusia, ia dibuat ceper dan ringan agar dapat membanjiri front, namun kelemahannya, karena ceper dan rendah ia tak sanggup menundukkan meriamnya cukup jauh untuk menembaki posisinya di dasar bukit. Dhanez cukup membidik mereka ketika berada di puncak bukit yang ia tinggali dan menembak tanpa bisa dibalas.

satu batalion T-80 muncul, 16 tank lawan hancur tanpa balas, batalion berikutnya muncul dan ia harus membayar dengan kehilangan tiga tank lagi dan....

habis...

"Mayor,"

"maju! serangan balik!"

"driver tank mendorong perseneling dan kini monster lapis baja seberat 64 ton itu melaju. diikuti 9 Marder yang tersisa dan 7 leo lainnya. satu batalion infantri cadangan turut maju sembari bersorak sorai. infanteri lawan yang masih tersisa mencoba menahan balik, namun hancur atau tewas dihajar senapan mesin leo.

Dhanez menempati posisi lamanya. menembaki tentara musuh yang mundur sembari menyeret korban luka.. secepat dimulainya, secepat berakhirnya. ia melirik jam tangannya, 45 menit, 45 menit ia kehilangan setengah tank yang ia punya, seperempat IFV dan ratusan prajurit, meski ia telah menghancurkan lawan yang lebh banyak namun...

"mereka mundur eh, sepertinya kau memang hebat mayor..." sersan Geryn muncul dari tingkap tank, membakar rokok dan menawarkannya pada dhanez yang dijawab gelengan.

"ya mereka mundur, tapi besok akan datang lagi dengan bawa orang lebih banyak atau sekedar menghindari kita dan kita mundur lagi, begitu seterusnya... dan apabila kaisarina gila Tyarona tidak kehilangan nyali, kita akan kehabisan prajurit, dan ruang untuk mundur, ketika itu mereka menang."

Geryn memandang pemuda disebelahnya, ia sudah menjadi prajurit setidaknya 10 tahun lebih lama dari Dhanez, "tenang saja mayor, kau akan hidup cukup lama. jangan kecewakan ratu."

"tentu saja, ia dan negara ini takkan kukecewakan." Dhanez mengambil rokok Geryn dan menyalakannya, menarik asap panjang, "tak akan kukecewakan.."

"maksudku mayor, bukan ratu, tapi ratu sebagai..."

"hah?"

"aku ikut bersamamu dan Papa ketika menemui ratu bukan?" Geryn menghindari pandangan Mayor Dhanez, "ketika kau pergi, dan berhasil meyakinkannya untuk meninggalkan pegunungan Gagarin dia marah, namun kemudian ia izinkan karena argumen Papa lebih masuk akal daripada argumennya."

"terus?"

"ketika hendak pergi ia menahanku sebentar, dan menanyakan apakah kau dan aku akan pergi kesini ikut menahan musuh di padang ini," Geryn terdiam, "dan kujawab : ya, kita akan bertempur." menarik kembali asap rokok, geryn melanjutkan ceritanya: "dan ketika itu kujawab ia menangis. aku tahu ia perasa, ia sensitif, tetapi kenapa ketika kau pergi berperang ia menangis. dan sebagai info saja mayor, kau dan dia sudah berteman sejak kecil, simpulkan sendiri."

"sersan, aku cuma ksatria, dan ksatria di negeri ini tak berhak untuk menikahi bangsawan, apalagi keluarga kerajaan. memang aku berteman dengannya sejak kecil, ketika itu ayah masih jadi panglima kerajaan. tapi aku tahu, raja sebelumnya sudah memilihkan jodoh untuk sang ratu..."

"yang ia tolak... kau fikir kenapa di usianya yang hampir 18 tahun ia masih belum menikah? kau fikir kenapa ia begitu keras kepala menolak lamaran, siapa lagi yang ia tunggu, satu-satunya lelaki yang ada di hidupnya cuma kau sekarang."

dhanez terdiam.. dan memandangi padang rumput musim panas yang dikotori bangkai tank dan manusia.




Tuesday, September 23, 2014

Ace Combat Fiery Horizon 4: Angriff un Die Sturmadler

diantara jejak putih dilangit dan palagan dimana garis garis putih berakhir menjadi bola api atau menunggu gilirannya menjadi bola api. sayap sayap malaikat menanggung ego dan tugas beradu membela nama negeri, atas nama raja ratu dan kaisar ataupun hanya demi bertahan hidup. 

dua bayangan di tengah palagan beradu. saling mengejar dan saling menikung mencoba mengambil posisi terbaik, bagai dua ekor anjing saling bertarung memperebutkan tulang. terkadang saling berguntingan layaknya dua camar, kadang memanjat bagaikan erupsi putih bersih mencakar langit.

dua jet satu berwarna Hitam Kelabu berkejaran dan berjumpalitan berlawanan dengan jet lain berwarna kelabu biru bermoncong Merah, kehabisan misil, kehabisan roket kini mereka berduel dengan kanon, ibarat dua ekor anjing saling bergelut saling menikung, saling menggunting, menanjak menukik menyabit angkasa... mereka berdua adalah Su-35 Flanker E yang kini berduel dengan F-15SE Silent Eagle.

pilot Eagle memainkan stik kemudi dan memulihkan diri, mengarahkan moncong ke eagle yang kini berada dibelakangnya. kedua burung besi menikung dalam jarak yang amat rapat, terlalu rapat untuk menembakkan kanon.... dan



di sisi lain, pilot flanker menahan seluruh otot perutnya mengajak sang burung besi untuk kembali menikung, menyambut si rajawali hitam yang telah menggasak dan bertempur melawannya selama hampir dua bulan.

kedua jet kembali berhadapan. pilot Strike Eagle mendorong tuas mesin ke kekuatan penuh, jempol dirinya menggeser tombol kecil di tuas mesin, memilih kanon, kelingking menekan tombol pelepas suar pengecoh rudal..kebiasaan. begitu bayangan flanker di depannya hampir memenuhi kaca kokpit dan HUD ia menarik telunjuk ke belakang....

pilot flanker menekan satu tombol di tuas mesin, dan telunjuknya menarik pelatuk.... dan...


kanon gatling Vulcan 20mm menyalak mengirimkan puluhan proyektil sebesar jempol kaki ke udara....


kanon Revolver GsH menyalak mengirimkan proyektil sebesar botol cola ke udara....

bola api terlihat dan semuanya  menjadi gelap.....



"bermimpi buruk....?"

mataku terbuka dan keringat dingin meraja. sementara tubuhku terguncang dan pandangan kabur, perlahan mata mengambil fokusnya kembali, dan tanganku meraih wajah itu. yang seketika senyum manis itu meneduhi kegamangan pasca mimpi.



"Ve? kenapa" ya seperti biasa kamar barak dengan laburan interior tanpa selera seperti ditenggelamkan keberadaannya. yang, entah bagaimana tak bisa dibenci

"aku baru datang tadi pagi, kukira kau tidur seperti biasa, dan... sekarang kau sering mimpi buruk?" wajah itu berubah khawatir. tidak berubah, tidak bergeser sedikitpun dari orang yang kukenal.

"semenjak perang dan dan bertugas tempur aku sering bermimpi buruk. mungkin stress." aku bangkit dari kasur dan mengambil air tetapi menemukan segelas kopi hangat. kutarik sebatang rokok, mencari asbak dan korek, sebelum aku sadar bersama siapa. menantang mataku dengan wajah tak setuju.

"tidak baik buat kesehatan, sampai kapan kau terus keras kepala dan membantah." ia menarik rokok dari sela bibirku dan menuntunku ke kursi, kemudian duduk disebelahku, "aku kemari mau meminta tolong.."

"untuk?"

"aku butuh bantuanmu..."

"buat apa Her Excellency Jessica Abigail Veranda? terakhir kali kau meminta bantuanku, ayahmu hampir meludahi wajahku."

wajahnya berubah sedih, seketika ia menghindari tatapanku. tetapi ia berhak dapatkan itu. ia berhak disakiti ia berhak merasakan bagaimana rasanya terhina dihina dan digilas dengan kekuatan penuh.


teringat ketika dulu aku masih seorang pemuda lugu, diperkenalkan padanya ketika kelulusan akademi. ketika pendidikan ia datang dan seolah menarikku dalam pelukannya. masa masa tertawa bersama, aku yang lugu terpesona dan dicengkeram oleh teduh hatinya hingga melupakan hal dasar. ia salah satu pewaris kaisar, dan aku cuma rakyat jelata. kaisar mengetahui itu dan melemparku untuk mati dalam perang diperbatasan walkuristan. hanya kematiannyalah yang memungkinkanku untuk kembali ke ibukota.

menemukan ia sudah bersama orang lain, dan akhirnya menjadi janda karena lelaki yang dijodohkan padanya adalah bajingan yang memilih gadis brengsek lainnya. dan sekarang ia muncul lagi.

"alpha, jangan seperti itu... bukan aku yang butuh bantuanmu, tapi negara ini."

aku menarik nafas dan menarik dahak sejorok mungkin yang membuat naluri terhormatnya ternoda. tetapi ia tidak bergeming. meludahkan dahak keluar jendela, "aku sudah memberikan semuanya, 53 jet musuh, pangkat, medali, gelar, semua kudapat sebagai ganti apa yang sudah kuberikan. kenapa pembohong sepertimu harus kubantu? tidak usah bawa-bawa negara, omong kosong!"

ekspresi terlukanya makin membuatku puas, aku takkan terkejut jika ia berdiri dan berlari keluar dari ruangan, persetan dengannya.

tapi aku salah,

"Katya membawa negara ini dalam perang sekali lagi. kali ini berbeda. Alpha, kau tahu jika pertahanan Walkuristan rubuh dan kini mereka mundur sambil pontang panting ke ibukota?"

"terus?" katya adalah panggilan sayang Katyarona Kusumayev, Kaisarina pengganti ayahnya, adik dari Abigail Veranda.

"ini berbeda, dahulu mereka melawan, sekarang mereka mundur seolah-olah hendak menyelesaikan ini semua... semuanya berbau... jebakan."

"kau hanya berfikir merebut tahta bukan?" keluarga monarki brengsek hanya mencari kesempatan untuk menang sendiri, "ternyata sama saja dengan dahulu.."

kali ini ia benar benar menangis, "kau salah, aku menerima kabar dari garis depan dan laporan intelijen jika ada lebih dari 10 Divisi kini di ibukota walkuristan, mereka berbeda. ketika aku memberitahu Katya ia mengabaikannya. dan kini terakhir kali kuterima kabar ada lebih dari lima divisi lagi bersiap di sekitar ibukota, mereka hendak menyerang balik Alps!"

"omongkosong... keluar dari sini! cabut semua medali pangkat apapun juga yang kaumau tapi aku takkan ikuti rencana busukmu!"

ia hanya terdiam...

"KELUAR!"

ia bangkit dan berbalik, namun sebelum ia melangkah keluar dari pintu terdengar gemuruh panjang. dan mentari pagi dihalangi asap tebal di kejauhan. aku tahu persis tempat apa itu. tempat penimbunan bahan bakar untuk 3rd Shock Army, logistik untuk pertempuran selama 3 hari kini hanya berupa asap mengepul dan membara...

gemuruh lain terdengar, diantara langit pagi, empat jet berwarna Hitam Pudar melintas.... Strike Eagle,


begitu rendah seolah bisa tercapai.... aku mengepalkan tangan, memandang dengan geram...

"alps, suatu saat kau akan mengerti, saat itu, carilah aku..." suara itu terdengar diantara isak, "dulu dan sekarang aku tetap mencintaimu... maaf."

aku berbalik hendak mengeluarkan luapan emosi lebih pedas lagi... namun Veranda tidak ada lagi disana, hanya kamar kosong.

Saturday, September 20, 2014

Ace Combat Fiery Horizon 3: March unto North

Markas Besar Staf Umum Walkuristan, STAVKA. Major Dhanez Dieter Von Guederian

ketika membuka mata dari ributnya kepanikan di markas besar aku tidak merasakan apapun. tidak merasa terkejut, tidak merasa kaget Gumrakiya menerobos perbatasan dengan kekuatan tujuh divisi menerjang pos pos perbatasan dan memulai perang. kini tepat tiga jam sejak serangan pertama dimulai.

Walkuristan bukan negara besar, Walkuristan menggantungkan dirinya pada sejumlah besar wajib militer yang hanya memegang senjata selama dua tahun dan enam tahun masa cadangan wajib. yang berada di front sana hanya ditugaskan untuk mengulur waktu sementara mobilisasi dilaksanakan.

mental defensif sudah dari awal tertanam di benak rakyat. terutama di benak Ratu yang mengusahakan semua hal untuk tidak berperang. ia berunding selama berbulan bulan hanya agar perang tak terjadi, memberikan satu persatu posisi strategis di perbatasan untuk menghindari pertumpahn darah.

dan kini... semuanya sia-sia, Ratu memang lemah. dimataku ia samasekali bukan seorang pemimpin yang baik. memang ia dicintai rakyatnya, memang ia sangat perhatian. dan juga cantik. tapi bukan itu yang dibutuhkan untuk mempertahankan negeri ini.

sekarang di ruang tempur ada pimpinan AD yang samasekali tidak mengerti apa yang mereka kerjakan, mengirimkan bantuan cadangan ke garis depan. terdapat 5 divisi bermotor yang kini berpacu diatas kereta api, 150 mil lurus menuju front. perintahnya jelas, pertahankan pegunungan gagarin. total kini ada 3 divisi di Pegunungan Gagarin, sementara Gumrakiya sudah mempersiapkan setidaknya enam divisi lagi untuk mengikuti begitu Pegunungan Gagarin ditembus.

dan meninggalkan ibukota hanya dgn 4 divisi. tiga Divisi Tank Pengawal Ratu, dan satu Divisi Parasut pengawal ratu. apabila pegunungan Gagarin ditembus, maka tak ada apapun yang bisa menahan mereka selain 4 divisi reguler dan 5 divisi wajib militer yang baru akan muncul 4 hari lagi. orang orang bodoh.

wakil dari AU juga tak mengerti apa yang ia kerjakan. dalam 4 jam pertempuran mereka sudah kehilangan 20 pesawat. Gripen habis dilumat jet jet MiG29 dan Su-27 milik Gumrakiya. dan yang menarik lebih dari 11 pesawat sudah hancur ditembaki SAM. dan kini pimpinan AU memerintahkan seluruh pesawat yang ada untuk terus mendukung operasi di Pegunungan Gagarin.

AU hanya punya 3 tipe pesawat, Gripen untuk serang darat, F-16 Fighting Falcon, dan Strike Eagle. aku tidak menghitung strike eagle, pesawat itu hanya dipinjamkan sebagai lawan latih dan diterbangkan oleh para pilot bayaran yang tak akan peduli dengan perang ini. dari 70 pesawat yang ada 30 lebih sudah hancur, artinya hanya tersisa 40 pesawat....

yang melawan AU adalah AU Gumrakiya. setidaknya mereka mengerahkan 180 pesawat. fulcrum, flanker, backfire bomber.... ini hopeless... dan aku memutuskan mohon izin dari ruang rapat yang dipenuhi omong kosong.

aku berkelana diantara lorong lorong markas, menemukan toilet dan menunaikan hajat. mencuci tangan sebelum sebuah pintu toilet terbuka. menampilkan seorang pria yang sedang duduk diatas toilet sembari membaca File.

"Mayor Dhanez?" tanya pria itu, ia mengenakan seragam penerbang, berbeda dgn seragam biru gelap yg dipakai pilot AU biasa, ia memakai seragam Hijau. IAVG, para pilot bayaran.

"saya sendiri. anda?" ia tidak mengenakan tanda pangkat ataupun emblem nama.

"kolonel Adolf Nordraven. resimen ke-7 IAVG, Skuadron 11 WAF. aku berpangkalan di sini. aku ada sedikit pertanyaan untukmu... apa yang kau pikirkan sekarang, bisakah kalian menang perang?"

"tentu saja, kami akan menang perang, tiap meter akan dipertahankan,"

"jangan berbohong, aku tahu apa yang kau pikirkan. kau adalah satu satunya perwira Kavaleri dan yang mengerti perang manuver disana."

"jadi, menurut Kolonel Apa yang harus kita lakukan?"

"biarkan mereka masuk. lepaskan pegunungan Gagarin. percuma, kau takkan bisa mendukung pasukanmu disana dengan bantuan udara dan tiap orang yang kau bunuh ada tiga lagi yang menggantikannya. percuma."

"sinting, selepas dari pegunungan gagarin tak ada satupun yang bisa menghentikan mereka!"

"ada... kami, kau, artileri dan bahan bakar. kau tidak mengerti? mereka memakai divisi bermotor untuk bisa menembus dengan cepat, tetapi divisi bermotor butuh bahan bakar, sukucadang, oli dll. semakin jauh mereka dari perbatasan semakin banyak tempat untukmu memotong logistik mereka...."

"aku mengerti, tetapi kolonel aku hanya punya satu batalion lapis baja, dan itu 16 buah tank."

"jangan khawatir, kau akan mendapatkannya, sekarang kita cabut dari sini dan temui ratumu."

aku terdiam.

"kenapa D? kau punya Von dalam namamu artinya kau punya gelar bangsawan dan keluargamu sudah dekat dengan ratu semenjak kecil."

aku semakin terdiam.

"aku tidak mau tahu, ayo pergi dari sini..."

kolonel Adolf menarik lenganku terburu buru keluar dari markas STAVKA... "jika mereka punya otak separuh saja, Gumrakiya sudah pasti akan memotong sistem kendali dan kontrol kita, dimulai dari para Panglimamu.."

aku berlari keluar dari markas mengikuti Kolonel Nordraven dan tak lama sirine berbunyi dan dentuman terdengar, mengangkat tubuhku dan melemparnya ke aspal.

seseorang menarik tubuhku, melemparnya kedalam suatu tempat dan membawanya pergi....

Friday, September 19, 2014

Ace Combat Fiery Horizon: Alte Adler

Ibukota Walkuristan. Bessarabia.

seorang lelaki menyeruput kopinya diantara sibuknya manusia berlalu lalang disekitarnya. sembari memandang ke jalanan kecil di lorong kota tua yang sibuk. bertukaran barang dan berbelanja. walkuristan adalah sebuah negara yang tak terlalu besar, hanya dua padang sabana dipisahkan oleh selajur perbukitan Gagarin yang tak terlalu tinggi. apabila dilihat di peta geografisnya seperti angka delapan yang besar.

ibukota terletak di selatan, dengan kekaisaran Gumrakiya di utara. dan mereka menggantungkan hidup dari pertanian dan perkebunan. mengekspor gandum, jagung, kentang, untuk kemudian mengimpor bahan bakar, elektronik, kendaraan dan seterusnya untuk melanjutkan hidup apa adanya.

tarikan asap rokok mengalir diantara bibir lelaki itu. garis garis keriput yang muncul terlalu cepat akibat diterpa iklim dingin menguat ketika ia menghembuskan asap kretek. ia tak melepaskan pandangannya dari tablet yang ia bawa. mencoba mempelajari karakteristik negeri yang ia baru tinggali dua minggu.

"ah Papa, gimana kabar?" sebuah suara terdengar dan ia mengangkat dagunya melihat gadis bermata sipit, khas campuran etnik melayu china yang menjadi etnik dominan di Walkuristan dan Gumrakiya.

"baik Ikha, ga sekolah? tumben pagi ini ngelayanin tamu." si lelaki yang disebut Papa, aslinya bernama Adolf Armin Nordraven tersenyum. sembari membiarkan kopi kelamnya diisi kembali.

"sekolah diliburkan katanya ada mobilisasi massal. guru dan para murid lelaki diperintahkan melapor ke depo perekrutan, ya begitulah." pertama wajah itu kosong namun kembali tersenyum yang membuat matanya hilang.

papa tersentak kemudian kembali tenang, "mobilisasi?"

"iya paps, perundingan damai katanya agak kacau, jadinya Ratu mengeluarkan dekrit mobilisasi wajib militer."

"lagi lagi perang....."

"paps... veteran?"

papa Nordraven memandang gadis yang aslinya bernama Riskha Fairunnisa itu. "aku veteran, cuma hanya tiga peperangan, masing masingnya samasekali tidak menyenangkan." Papa sendiri baru berusia 30 tahun, namun sepuluh tahun hidupnya telah dihabiskan di tiga medan tempur berbeda. perang saudara indonesia, perang jepang korea, dan perang Vietnam III. terbang di tiap konflik bersama elemen lokal sebagai pion.

ikha tersenyum, "nanti kita ngobrol lagi..."

"kapan kapan saja, terimakasih ikha..." 

Papa bangkit dari tempat duduknya ketika melihat seorang pria ber-alis tebal muncul dari balik kerumunan.

"Fox?"

"kita ke DEFCON II, kekaisaran Gumrakiya mengumumkan perang."

"dan jadilah...."

"para orang tua deklarasikan perang dan kebencian dimana yang muda kembali mati..."

"tidak ada yang baru fox, kecuali kita sudah terlalu tua untuk ini semua...."

fox terdiam dan membukakan pintu untuk Kolonel Adolf Armein Nordraven. komandan misi latihan International Aviation Group di Walkuristan.

Ace Combat Fiery Horizon: interlude 1

ketika langit berjatuhan mencurahkan isi bintang bintangnya, terakhir kali aku hanyalah seorang gadis biasa. hanyalah seorang yang memandang dunia sederhana dari balik tepian danau yang kutinggali bersama keluarga.

dimana gemeretak kayu bakar diperapian dan bau tembakau bercampur baur dengan bau masakan ibu di dapur belakang. ketika itu ayah selalu menyenandungkan dan mencoba bersatu dengan harmoni dari piringan hitam yang mengalunkan lagu lagu klasik yang kekinian di masa itu.

Elvis.....

John Denver....

Mel Carter.....

dan ketika mata gadis ini melihat keceriaan di televisi digantikan oleh berita perang. ketika itu bagiku perang antara negaraku, Walkuristan, dan Kekaisaran Gumrakiya di barat hanyalah sebuah berita. kejadian entah dimana di ujung negeri.

hingga di suatu hari ketika mentari bersinar cerah, dan langit biru membentang bagaikan tikar. semuanya berubah.

aku mendorong sepeda melalui jalan yang sama yang kulalui selama bertahun tahun sekolah di daerah terpencil ini. terdengar deru deru gemuruh dalam kakofoni meraja di langit yang jauh. apa yang kau lihat disana adalah garis garis besar awan putih bagaikan tarikan kuas putih diatas kanvas berwarna biru.

dan tarian diudara puluhan jumlahnya saling berkejaran membentang. mata kecilku melihat satu persatu jejak itu menghilang dalam sekilatan kuning, berjatuhan seperti helai daun Oak di musim gugur.aku hanya mematung disana tak melepas pandang dari langit biru

ketika hening itu terpecah oleh raungan keras, terpandang layangku pada sebuah pesawat meraung melintasi bukit, berkejaran dengan pesawat lain saling melintas sangat rendah, hingga kau bisa meraihnya dengan tangan kecilmu.

aku pernah melihat pesawat itu, disebut Fulcrum dengan warna loreng biru, dan warna merah di moncongnya. dengan bintang merah Gumrakiya di ekornya. mengejar dan kemudian satu lawannya jatuh ke tepian danau. tepian danau yang kutinggali bertahun tahun bersama keluargaku lenyap dalam kobaran api.... ayah, ibu, dan Maria....

ketika itulah cerita ini dimulai, ketika perang telah menjadi bagian hidup remajaku.... dan pertemuan pertamaku dengan Vityazhi... atau sang ksatria, tepatnya Krasnya Vityazhi....

namaku Andela Yuwono, dan inilah kesaksianku......

Tuesday, September 9, 2014

Ve For Vear: The Prequel

Kengir Gulag, Kazakhstan. 17 May 1954

bau sangit asap terbakar menembus hidung dan menyelusup diantara hidung sementara perkelahian dan tembakan terdengar diantara tempik sorak. neraka dunia bersama dengan teriakan kematian terdengar jelas menyelusup diantara padang rumput kazakhstan.

seorang gadis menatap langit diantara teriakan dan batu yang beterbangan tidak mempedulikan pertempuran disekitarnya. kekacauan dan kemarahan seolah tak menyentuhnya. seseorang menyentuh bahunya dan kemudian tersungkur ditabrak orang lain dan dipukuli hingga otaknya berceceran.

ia melewati setumpukan mayat yang dibakar dengan terburu-buru, tak mempedulikan teriakan seorang sipir penjara yang menguliti wajahnya sendiri sembari tertawa histeris. ia tak mempedulikan sekumpulan manusia memakan bangkai sesamanya. ia tak pedulikan setumpukan tubuh telanjang penghuni wanita Gulag yang diperkosa kemudian dibunuh dengan dicekik perlahan dalam orgasme pasca kematian. ia tak pedulikan.

matanya tajam dengan aura sendu, sekumpulan kecil lemak membentuk garis wajah yang halus.... dengan rambut tergerai ia mengangkat tangannya dan sejumlah besar manusia dihadapannya bertumbangan dengan darah mengucur dari hidung dan telinga.

ia tetap terduduk sembari memeluk lutut dan tak mempedulikan apapun...


United States Strategic Activities Division, Studies and Observation Group, Central Intelligence Agency (SAD SOG CIA, 4 kilometer dari Kengir Gulag.

seseorang bangkit diantara mayat mayat, berjalan dengan mata kosong. satu-satunya yang bertahan dari serangan kekacauan dan kegilaan mendadak. para tawanan gulag menyerang mereka dengan tangan kosong tanpa mempedulikan nyawa. bahkan tak ragu saling memakan dan hanya bisa dibunuh dengan satu tembakan di kepala

Sersan Mayor Rudolf Henri Nordraven, dahulunya dikenal sebagai unterfeldwebel Rudolf Henri Nordraven, Grossdeustchland Panzergrenadier. veteran perang dunia kedua berjalan dengan mata kosong. ia membuang pistolnya yang tak lagi berisi. dan kini berjalan diantara salju diantara mayat-mayat. ia memuntahkan isi terakhir dari perutnya, tersungkur dan kembali bangkit.

serangan di kepalanya kembali terasa, namun getaran ketakutan yang merasuk terus ia lawan. ia pernah melihat yang lebih parah di front Timur. ia pernah melihat kekejian lebih parah. diantara gundukan salju ia melihat ular menyerangnya dan ia hanya melambai hingga ular itu hanya menghilang.

"pembunuh..."


"penjahat....."



"pemerkosa...."


"mati...."


"mati..."

Rudolf melihat seseorang menyerangnya, dan ia hanya menghindar, menancapkan belati di jantung si penyerang, dua lainnya menyerang dengan menggenggam tongkat dan Rudolf menangkap tongkat itu dan merebutnya dan menghantam pangkal tenggorokan si penyerang sebelum ia membanting pria terakhir ke tanah. menarik bayonet dari sepatunya dan menancapkan bayonet ke mata si penyerang.

sebuah gerakan di belakangnya kembali terdengar, ia menarik sekop yang dibawa si penyerang dan hendak menghantamkannya sebelum ia.....

seorang gadis berdiri dihadapannya... menatapnya sendu,

tak perlu berkata apapun...

aku tahu semuanya tentangmu, apa yang kau lewati, apa horor yang kau hadapi selama perang, aku tahu apa yang kau lalui. kau adalah pendosa. tidak-tidak perlu menjawab, kebanyakan orang akan membela diri, tapi kau tidak.

setiap orang yang kutemui punya ketakutan, punya apa yang mereka takuti, tetapi kau tidak. kau hanya mencari kematian.... menebus dosa selama kau bertempur di perang dunia....

aku hanyalah seseorang yang lahir dari laboratorium, kau tidak, kau punya kehidupan..kehidupan yang samasekali tak kupahami....

untuk menjawab pertanyaanmu, namaku 4878, aku tidak punya nama seperti kalian, aku lahir di Peenemunde.. apa yang kuketahui hanyalah sebuah beranda rumah dimana ada seseorang yang beberapa saat mengaku sebagai ibuku....

aku tahu Annherbe dan Nazi memandangku sebagai senjata, namun perang membawaku kemari, ditangan soviet...

untuk apa hidup aku selalu bertanya, dalam hatimu kau hanya berkata: kebebasan... tapi hidup itu tidak berlaku buatku, aku hanya sebuah senjata yang harus kau musnahkan sebelum membunuh lebih banyak orang lain... maaf Sersan Rudolf, kau....

"untuk apa kau hidup, untuk apa kau bebas, untuk apa kau berada di dunia bukanlah urusanmu, kau punya takdir untuk kau penuhi." sersan Rudolf berkata. dan tangannya melempar sekop di tangannya. tepat menancap di dada sang gadis... 

"dan kau bukanlah senjata, kau adalah manusia, kau hanya terlambat untuk memahami itu." sersan rudolf berjalan mendekat dan mencabut sekop dari dada sang gadis.

ternyata kematian tidak begitu menyebalkan... satu hal terakhir... kau akan hidup, kau akan hidup dalam kutukanku dalam dirimu, jalan hidupmu akan selalu sama, dipenuhi darah, kematian dan pertempuran, dan setiap bayangan dan langkahmu akan selalu dikejar dosa, itulah pembalasanku untukmu.... kau akan abadi.... dalam kutukan!

rudolf hanya menggeleng, dan berlalu. menyeret mayat sang gadis, dan menggali sebuah kubur dangkal. melempar mayat sang gadis kedalamnya. ia meraba tabung spesimen berisi darah sang gadis didalam jaketnya. ia mengambil papan sederhana sebelum sebuah tanya berseru: siapa nama gadis ini?

ia bukan 4878, ia berhak akan sebuah nama, seorang gadis yang lahir sebagai berkat tuhan, namun perang mengubahnya menjadi kutukan... dan sebuah nama terbersit dipemikirannya.... berkat dan beranda rumah yang damai...

Rudolf berjalan menjauh meninggalkan kubur dangkal dengan nisan sederhana....


JESSICA VERANDA
1939-1954


masa Kini, Operational Detachment Alpha 048, Fort Bragg, North Carolina, sebelum misi Indonesian Liberation.

seorang pria menutup buku harian tua... dan diantara api membara ia melempar diary itu kedalam api membara. 

"mayor? apa itu?"

"cuma racauan pria tua Alps, aku sendiri tak paham isinya."

"okelah, kita berangkat dua jam lagi. tapi Mayor, Rudolf Henri Noordraven?" Alps memandang sebaris huruf yang terbaca sebelum ditelan api.

"ayahku... dia adalah salah satu veteran juga, pria busuk yang tak pernah muncul dirumah.."

alps mengangkat bahu dan berjalan keluar sebelum ia melihat sekelebat bayangan di Belakang Mayor Nordraven... bayangan gadis berbaju putih mengapung di udara, meliriknya sekilas dengan mata sendu dan s dan tersenyum hangat....

Alps menggelengkan kepalanya, "sepertinya aku butuh istirahat..."




Friday, September 5, 2014

Inner Heaven, Operation Praying Fury

ketika mentari naik satu tombak dari cakrawala, bertiup angin membelai. seorang wanita terbangun dari peraduannya, berselimutkan seprai tipis yang tak sembunyikan apapun. lajur lajur cahaya mentari menembusi kain tipis itu bagai laser, menyeruakkan siluet yang diukir dari tubuh yang berlatih di medan tempur, gabungan dari pemenuhan naluri dan pemikiran.

kaki kaki semampai itu hanya ditutupi hingga sebatas pinggul, berbulu halus, berwarna kecoklatan muda... dan tubuhnya penuh, terlihat dari bungkahan yang akan memaksa testosteron menembus atap kewarasan kebanyakan lelaki. namun...

namun tidak ada lelaki yang tak mengenal medan tempur sanggup menatap mata tajam dihiasi alis menukik bagai rajawali dan wajahnya yg penuh bara terpancar. dan sebagaimana adanya dirinya... pemikirannya, hatinya, bukanlah sebagaimana wajarnya pemilik tubuh dan pesona setara aphrodite.

orang mengenalnya sebagai Dewi Perang, simbol perlawanan, teroris...dan... petarung,

bibirnya berbisik pelan pelan....

"pertama... hancurkan harapan musuh akan sebuah kemenangan..."

tahap ini ia mulai ketika ia bersama ODA 048, memulai ofensif di jantung kota jakarta, menyerang serentak puluhan instalasi militer dan pemerintahan. menewaskan ratusan prajurit dan pegawai pemerintah. meski harus menanggung korban hingga 70 persen. kepercayaan internasional terhadap Junta runtuh, dan rakyat mulai berbisik bisik mengenai perang dan pemberontakan berkepanjangan di Republik.

"kedua, gunakan dan halalkan segala cara."

peperangan melawan Junta menimbulkan korban besar. ia tidak seperti Viny yang menaruh belas kasihan. kebrutalan menjadi jawaban melawan kebrutalan. pembunuhan, asasinasi, dan kontraasasinasi menjadi jalan melawan Intelijen Junta. saling membunuh dan menghancurkan sel intelijen lawan menjadi biasa. tiap satu network intelijen PDRS dihancurkan, serangan teror akan diarahkan ke infrastruktur intelijen Junta. baik pemboman, penculikan, ataupun pembakaran.

"ketiga, ambil kekuatan di kelemahan lawan."

cara perlawanan PDRS kini mempergunakan jaringan-jaringan para keturunan China. setiapkali Junta membalas dengan eksekusi dan memberangus keturunan china, dunia tahu. dan menjatuhkan citra Junta, dan kini PBB mulai memikirkan dekrit untuk menerapkan embargo ke Junta.

china daratan mulai secara aktif membantu PDRS. meskipun bantuan dari USSOCOM berupa advisor dan intelijen juga berguna, namun kebanyakan pejuang PDRS kini menyandang senjata buatan China.

"keempat, menyerang dari sisi tak terduga..."

sang gadis mendengar langkah-langkah kaki di belakang...

"mayor Noodraven?" ia melihat satu orang lagi, "letnan Alps?"

"pakai bajumu Tya. dan juga lihat berita 10 menit lagi."

tya, atau Triarona melengos tak peduli. major Nord atau Papa memiliki gairah setara biarawan. untuk lelaki sepertinya... ia, ia.. entahlah. meskipun begitu, letnan Alps agak berbeda, dan Tya tersenyum simpul mengingat malam membara yang pernah ia lewatkan. sayang Alps bertemu gadis baru.. yang bertubuh setipis papan...


begitu ia berpakaian sekedarnya, Tya turun dan melihat para prajuritnya mengerubungi televisi. mereka semua tak peduli dan hanya konsentrasi melihat televisi:

"...eskalasi kekerasan di Republik Demokratik Indonesia telah mencapai level memprihatinkan. dengan mempertimbangkan piagam berbangsa dunia. mandat diberikan pada koalisi internasional untuk membebaskan dan melepaskan belenggu demokrasi dan pelanggaran serta kejahatan kemanusiaan.

majelis Umum PBB menyatakan mengeluarkan Indonesia dari keanggotaan PBB. dan koalisi internasional untuk pembebasan Indonesia, berlaku mulai sekarang....

sidang ditutup..."

gemuruh tepuk tangan terdengar. Tya tersenyum, ayahnya dan ibunya serta adiknya mungkin kini juga tersenyum di akhirat sana....


matanya mencari cari. matanya hanya bertemu dengan Mayor Noordraven yang menatapnya dengan sedih... dan ia mengangguk. pria malang, mungkin ia mencintai Viny? mungkin ia hanya menyesali pernah mengecewakan seorang gadis? atau apa?


Triarona berbalik, bara ambisi terbakar dalam dada bersiap untuk pertarungan selanjutnya....

The Inner Heaven, The Rise Of Triarona

stasiun Kereta Api Bekasi.

kereta terakhir merayap pelan-pelan meninggalkan peron. dimana satu-satu manusia sibuk dan lelah menghilang dari stasiun. ego kesombongan khas kaum urban tidak mempedulikan seorang pria yang terduduk di bangku keras stasiun. 

ia mengenakan mantel hujan yang lusuh, telinganya seolah menikmati samar samar denting air hujan berceceran di atap stasiun. sebuah ransel terduduk rapi disebelahnya. wajahnya tanpa ekspresi dengan mata kosong, dipenuhi janggut dan rambut tebalnya berkelebatan ditiup angin, kering dan menguning diterpa nikotin dan kerasnya cuaca.

sembari menarik asap rokok pikirannya melayang. dua tahun lalu ia adalah seorang petarung. dua tahun lalu ia adalah seorang prajurit. namun kini ia hanya bayang-bayang tanpa nama. dalam pikirannya yang berkelana diantara bilah bilah waktu mencoba mengenang masa masa indah, namun...

namun pikiran indah itu hanyalah berujud seorang gadis yang memandangnya hangat. gigi kelincinya dibalut bibir tipis selalu mengatakan hal-hal terbaik dan mengubur hal hal buruk, meskipun ia terjerembab dalam lembah paling nista sekalipun. tubuh kurus kecil yang tak ragu berbagi meskipun ia sendiri kelaparan. dan tentu saja senyum hangat yang selalu meneguhkan jiwanya yang selama ini berdiri di tubir ketidakwarasan. seseorang yang percaya kasih sayang, cinta dan mimpi adalah jalan membuka kebebasan. 

dia dipanggil ratu, ia adalah simbol, simbol yang tercerabut oleh tangan sang pria itu sendiri. tenggelam dalam kilatan radioaktif yang tangannya sendiri ciptakan. bulir bulir airmata bermunculan dan bibir keringnya hanya berbisik lirih, "maafkan aku ratu..."

peluit kereta terdengar.. mendekat, perlahan-lahan, sang pria mengangkat dagunya dan kereta barang itu berhenti. sementara pintu-pintu membuka, pria pria bersenjata berlompatan keluar. dan sang pria mengangkat tangannya. puluhan orang lain bersenjata lengkap muncul dari sudut sudut stasiun, memasuki kereta.

seorang pria kurus dengan kepala hampir botak dan wajah bercodet mendekat dan memberi salut, " Major Nordraven...."

"alps..." major Nordraven bangkit, dari dalam mantelnya sepucuk senapan serbu HK416  mengintip, "kau sehat?"

"sehat Major, waktunya sudah tiba." Letnan Alpha, wakil Komandan ODA 048 US Special Forces menunjuk ke belakangnya, "seseorang ingin bertemu denganmu..."

dari belakang tapak tapak langkah terdengar. major Nordraven berbalik. "seorang gadis lagi?"

"jangan khawatir Mayor, dia...."

major Nordraven beradu pandang dengan seorang gadis dengan mata tajam, tubuhnya tidak dapat disembunyikan pakaian longgar, terutama seragam tempur Gorka khas rusia yang dilapisi sabuk peluru. wajahnya penuh sudut runcing dengan bibir tipis miskin senyum, alis tebalnya menukik beradu. memandang mata Major Nordraven.

mata itu berbeda dengan mata para prajurit biasa yang kosong, mata ini dipenuhi.... bara? dan gerak tubuhnya berbeda dengan sang ratu yang anggun, lebih dekat ke gerak tubuh prajurit, lengannya tergantung bebas sembari menenteng sepucuk senapan serbu AKM-74

ilustrasi gear sang gadis

"dia... berbeda.." sang gadis itu berkata, ia menyodorkan tangannya, "Triarona Kusuma..." Mayor Noodraven menggenggam tangan itu. kuat keras mantap, dan.. "panggil aku Tya, Mayor Nordraven."

Triarona kusuma

kedua mata itu bertatapan sejenak saling mengukur. namun Tya membuka suara duluan, "Alps aku keluarkan dari tahanan, dan aku mewarisi sejumlah besar gerilyawan dari ayahku yang tewas duluan. semenjak kecil aku hanya tahu bertarung. aku hanya mau mengikuti operasimu karena utang budiku pada alps yang membalaskan kelakuan Junta pada ayahku.

dan aku sudah bertarung semenjak mulai haid, dan ayahku selalu bilang jangan percayai siapapun. terutama pria sepertimu, antek Amerika. aku tahu kau akan meninggalkanku dan orang-orangku bila sudah tidak sesuai lagi dengan kepentinganmu bukan?"

mayor Nordraven menghela nafas panjang, "aku bukan lagi antek Amerika, Task Force K3 dibubarkan semenjak Kolonel Enrico Tewas bersama ratu Viny. aku diperintahkan untuk tetap ada disini. sampai ada perlawanan yang lebih besar lagi yang menjadi alasan untuk PBB dan dunia untuk intervensi. jadi sampai sekarang tidak ada dukungan amerika, ataupun CIA." pernyataan yang separuh benar, karena sebelumnya task force K3 beroperasi dengan dana gelap CIA yang tersebar diseluruh dunia. dan kini sisa dana itu yang ODA 048 pakai untuk memulai pemberontakan kembali.

"Mayor, aku akan mengikuti permainanmu sekali saja... sebagai pembayaran hutang budi."

"dan jadilah..." Mayor Nordraven mengangguk. ia hanyalah satu bagian kecil dari sisa sisa task force K3, dan kini lima kereta api lainnya penuh gerilyawan tengah memasuki kota. mengobarkan kembali perlawanan terhadap Junta. PDRS kini telah kembali. 

mereka memasuki kereta, pintu pintu menutup dan semua orang menatap pria disebelahnya dengan tegang. mayor noodraven terduduk sebelum melangkah masuk ke gerbong terakhir. memeriksa peralatan tempurnya, terakhir kali memasang helm tempurnya, sebelum helm itu terpasang, sebuah wajah gadis bermata sipit memandangnya lembut...




mayor Noordraven mengelus wajah itu sekali. dan memasang helm. memasuki gerbong. sementara pintu gerbong terbanting dibelakangnya. dibawah pandangan mata tajam... ia membanting tubuh ke lantai gerbong.

sayu sayup suara lokomotif menghela gerbong kereta.... Operation Inner Heaven is a go....



Tambun, Bekasi, 5 kilometer dari posisi Major Noordraven.

seorang gadis berjalan diantara selusuran yang membatasi rumahnya dengan kontrakan sebelah. dan lampu tetap menyala seperti biasa. tetapi kursi malas disana tidak terisi. tidak ada seorang pemuda yang biasanya duduk disana sembari membaca buku, ataupun merokok dengan ditemani kopi kental.

hampir tidak ada orang mau berbicara dengannya. tapi gadis itu tidak. ia hanya kesepian. suatu hari sang gadis terdampar ditepi jalan karena ban bocor. pria itu yang mengantarkannya pulang. ketika ia malu malu bertanya mengenai apapun, pria itu seperti selalu punya jawaban. fisika, matematika, bahasa, sastra.... dan ia bisa berbahasa jepang, berganti aksen dan berganti menjadi bahasa jerman, dan bagi jiwa kecilnya. pria itu sangat.... misterius?

tetapi pria itu sangat jauh dan dekat pada saat bersamaan. ia mau melayani sang gadis berbicara sampai jauh malam, bercerita tentang apapun. memperdebatkan hal-hal tak penting. dan pria itu selalu ada...kecuali kini... ia hanya digantikan selembar kertas.

sang gadis merapatkan selimut, menahan udara hujan dingin, meraih surat itu... membacanya...

"hai, dedek pesek sipit, jaga baik baik kursiku. dan halamanku kalau sempat. dan kalau takdir mempertemukan hidupku dengan hidupmu kembali.. mungkin kita... mungkin kita bisa bicarakan hal yang lebih penting.

hatur hormatku padamu.


Rolf Nordraven."

sang gadis mengerutkan kening. tak mengerti... namun ia mengambil surat itu dan berlalu pergi. separuh jalan.. kilatan kilatan terdengar. disusul getaran-getara berupa letupan letupan teredam. sang gadis memandang langit jakarta... dipenuhi kilatan-kilatan dan gemuruh ledakan.

dan sang gadis berlalu, menyelinap kembali kedalam rumahnya....