Friday, September 19, 2014

Ace Combat Fiery Horizon: Alte Adler

Ibukota Walkuristan. Bessarabia.

seorang lelaki menyeruput kopinya diantara sibuknya manusia berlalu lalang disekitarnya. sembari memandang ke jalanan kecil di lorong kota tua yang sibuk. bertukaran barang dan berbelanja. walkuristan adalah sebuah negara yang tak terlalu besar, hanya dua padang sabana dipisahkan oleh selajur perbukitan Gagarin yang tak terlalu tinggi. apabila dilihat di peta geografisnya seperti angka delapan yang besar.

ibukota terletak di selatan, dengan kekaisaran Gumrakiya di utara. dan mereka menggantungkan hidup dari pertanian dan perkebunan. mengekspor gandum, jagung, kentang, untuk kemudian mengimpor bahan bakar, elektronik, kendaraan dan seterusnya untuk melanjutkan hidup apa adanya.

tarikan asap rokok mengalir diantara bibir lelaki itu. garis garis keriput yang muncul terlalu cepat akibat diterpa iklim dingin menguat ketika ia menghembuskan asap kretek. ia tak melepaskan pandangannya dari tablet yang ia bawa. mencoba mempelajari karakteristik negeri yang ia baru tinggali dua minggu.

"ah Papa, gimana kabar?" sebuah suara terdengar dan ia mengangkat dagunya melihat gadis bermata sipit, khas campuran etnik melayu china yang menjadi etnik dominan di Walkuristan dan Gumrakiya.

"baik Ikha, ga sekolah? tumben pagi ini ngelayanin tamu." si lelaki yang disebut Papa, aslinya bernama Adolf Armin Nordraven tersenyum. sembari membiarkan kopi kelamnya diisi kembali.

"sekolah diliburkan katanya ada mobilisasi massal. guru dan para murid lelaki diperintahkan melapor ke depo perekrutan, ya begitulah." pertama wajah itu kosong namun kembali tersenyum yang membuat matanya hilang.

papa tersentak kemudian kembali tenang, "mobilisasi?"

"iya paps, perundingan damai katanya agak kacau, jadinya Ratu mengeluarkan dekrit mobilisasi wajib militer."

"lagi lagi perang....."

"paps... veteran?"

papa Nordraven memandang gadis yang aslinya bernama Riskha Fairunnisa itu. "aku veteran, cuma hanya tiga peperangan, masing masingnya samasekali tidak menyenangkan." Papa sendiri baru berusia 30 tahun, namun sepuluh tahun hidupnya telah dihabiskan di tiga medan tempur berbeda. perang saudara indonesia, perang jepang korea, dan perang Vietnam III. terbang di tiap konflik bersama elemen lokal sebagai pion.

ikha tersenyum, "nanti kita ngobrol lagi..."

"kapan kapan saja, terimakasih ikha..." 

Papa bangkit dari tempat duduknya ketika melihat seorang pria ber-alis tebal muncul dari balik kerumunan.

"Fox?"

"kita ke DEFCON II, kekaisaran Gumrakiya mengumumkan perang."

"dan jadilah...."

"para orang tua deklarasikan perang dan kebencian dimana yang muda kembali mati..."

"tidak ada yang baru fox, kecuali kita sudah terlalu tua untuk ini semua...."

fox terdiam dan membukakan pintu untuk Kolonel Adolf Armein Nordraven. komandan misi latihan International Aviation Group di Walkuristan.

No comments:

Post a Comment