ledakan bergemuruh ketika peluru artileri berdesingan berjatuhan disekeliling padang, dimana mata elang memandang lembah luas terbentang amat luas. pecahan peluru artileri berdentingan menghantam kulit kubah panzerkampfwagen alias Tank Leopard. dimana matahari bersinar teri
dengan berlatar matahari dibelakangnya, seorang komandan tank mengintip dari balik teropong lapangan sementara debu debu beterbangan dari track tank yang menggaruk tanah musim panas walkuristan. ia melambai sementara loader tank mendorong sebutir munisi kedalam ruang tembak.
komandan batalion ke 2, Guards Tank Division Coldsteel, Mayor Dhanez berkeringat. sementara ia dan 15 tank leo lainnya kini menempati garis pertahanan sepanjang 800 meter yang kini menghalangi ujung tombak dari 3rd Shock Army, 117th Battalion dari Gumrakiya empire.
di kejauhan kini puluhan kendaraan tempur infanteri BMP mulai memenuhi cakrawala, ditemani ratusan infanteri yang berlarian mengimbangi laju monster monster berlapis baja. mayor dhanez memutar teleskop dan diantara barisan tank tank yang tersembunyi di lereng bukit terlihat kendaraan tempur infanteri Marder dengan diisi prajurit cadangan dari Walkuristan.
"empat ribu meter..." gunner berteriak di interkom
"tiga ribu meter...."
"duaribu meter...." jet jet beterbangan dari arah Gumrakiya, namun beberapa berkas mengejar mereka, menjatuhkan setidaknya dua diantaranya, setelah menjatuhkan sejumlah tabung napalm... dhanez tidak khawatir karena napalm tersebut jatuh diblakang posisinya...
"seribu meter... mereka bisa melihat kita mayor!"
"sabar Ger.." jawab mayor dhanez kepada bintara senior batalion, gunner tank.
"delapanratus meter!"
"tembak!" teriak dhanez ke radio, Sersan Geryn Leonardo menarik picu, mengirim sebutir peluru uranium panas ke eselon depan BMP lawan, menembus sebuah BMP dan meledakkannya menjadi sampah besitua.
"loading!" loader menginjak tingkap amunisi, menarik sebutir peluru lagi, mendorongnya dengan kepalan tangan sebelum ruang peluru menutup secara otomatis.
"target, BMP, 2 o'clock! load Sabot" Dhanez berteriak
"loading!" loader menginjak tingkap amunisi, menarik sebutir peluru lagi, mendorongnya dengan kepalan tangan sebelum ruang peluru menutup secara otomatis.
"FIRE!"
"ON THE WAAAY!" Geryn Meremas pelatuk dan meriam menyalak, mengirim proyektil uranium berkecepatan tinggi menuju sasaran.
dhanez melihat kilatan dikejauhan dan BMP sasarannya menjadi besitua.
"loading!"
"cease fire, BMP, 11 o'clock!"
"Steady, ON!"
"Fire!"
"on the way!"
diluar sejumlah infanteri di perkubuan menembakkan misil antitank dan mulai berduel adu tembak dengan infanteri lawan. senapan mesin menyalak bergemuruhan bersama dengan letupan autokanon, mortir berledakan diantara infantri musuh.
"terlalu banyak mereka Mayor!"
"jangan meleng terus menembak!" teriak Dhanez pada Geryn.
terjangan infanteri lawan semakin mendekat, mereka menembak, tiarap, bangkit menembak tanpa mempedulikan peluru berdesingan. namun mereka tidak dapat menembus jarak 100 meter.
"TANK!"
Dhanez memutar teleskopnya, melihat siluet setidaknya 16 tank T-80 lawan kini melaju balik menembaki posisinya. ia mendengar dua ledakan keras, melihat setidaknya satu Marder menjadi rongsokan dan leo disebelahnya hancur dihajar peluru tank.
"counterfire! tank, 10 o'clock" teriak Dhanez, namun satu peluru tank menghantam lereng bukit persembunyiannya, hanya 2 meter dari kubah tank. tembakan balasan mengubah tank lawan menjadi bola api.
"zulu calling, zulu for papa!" teriaknya ke radiio.
"zulu calling, zulu for papa!" tidak ada jawaban...beberapa ledakan lagi terdengar dan lima marder lainnya hancur diterjang peluru tank lawan.
"zulu calling, zulu for papa!"
"roger, papa here, we;re cleared hot!"
"execute execute execute!" dalam hati ia memaki para pilot bayaran IAVG yang terlambat datang.
"fall back fall back, posisi dua!"
"attention all unit this will be a danger close fire mission!"
Dhanez membuka tingkap tank dan mengokang senapan mesin berat M2, mulai menembaki infanteri lawan sementara marder memutar gigi mundur dan meninggalkan posisi bersama dengan korban luka dan infanteri berlarian meninggalkan perkubuan.
"Driver! Mundur!" leopard tank itu meloncat kebelakang sementara tank lawan kini berpacu mendekat. dua tank leopard yang mundur terkena tembakan, satu meledak berkeping-keping sementara satu lagi tetap mundur meskipun armornya rusak parah.
dhanez memandangi langit sebelum delapan titik hitam bermunculan dari kanan, sangat rendah dan semakin lama semakin membesar sebelum masing-masingnya menjatuhkan 12 bom seberat setengah ton ke kerumunan tank dan panser lawan.
parasut membuka dan delapan jet itu menjatuhkan suar suar untuk mengecoh rudal, beberapa rudal mencoba mengejar namun jet jet hitam Strike Eagle sudah menjauh dari palagan.
"URAAAA! MALAIKAT HITAM!" teriak sersan Geryn ketika gemuruh Strike eagle meninggalkan palagan. suaranya tenggelam oleh gemuruh ledakan-ledakan di formasi lapis baja lawan.
tank tank dan panser yang tersisa mengambil posisi di dasar bukit. tak sampai 10 menit, infanteri lawan mulai muncul dari atas bukit dan tembakan senapan serbu terdengar. dua kompi infanteri menyerang sebelum dihabisi oleh tembakan senapan mesin dan autokanon marder. kemudian tank T-80 muncul,
Dhanez mengerti betul karakteristik tank Rusia, ia dibuat ceper dan ringan agar dapat membanjiri front, namun kelemahannya, karena ceper dan rendah ia tak sanggup menundukkan meriamnya cukup jauh untuk menembaki posisinya di dasar bukit. Dhanez cukup membidik mereka ketika berada di puncak bukit yang ia tinggali dan menembak tanpa bisa dibalas.
satu batalion T-80 muncul, 16 tank lawan hancur tanpa balas, batalion berikutnya muncul dan ia harus membayar dengan kehilangan tiga tank lagi dan....
habis...
"Mayor,"
"maju! serangan balik!"
"driver tank mendorong perseneling dan kini monster lapis baja seberat 64 ton itu melaju. diikuti 9 Marder yang tersisa dan 7 leo lainnya. satu batalion infantri cadangan turut maju sembari bersorak sorai. infanteri lawan yang masih tersisa mencoba menahan balik, namun hancur atau tewas dihajar senapan mesin leo.
Dhanez menempati posisi lamanya. menembaki tentara musuh yang mundur sembari menyeret korban luka.. secepat dimulainya, secepat berakhirnya. ia melirik jam tangannya, 45 menit, 45 menit ia kehilangan setengah tank yang ia punya, seperempat IFV dan ratusan prajurit, meski ia telah menghancurkan lawan yang lebh banyak namun...
"mereka mundur eh, sepertinya kau memang hebat mayor..." sersan Geryn muncul dari tingkap tank, membakar rokok dan menawarkannya pada dhanez yang dijawab gelengan.
"ya mereka mundur, tapi besok akan datang lagi dengan bawa orang lebih banyak atau sekedar menghindari kita dan kita mundur lagi, begitu seterusnya... dan apabila kaisarina gila Tyarona tidak kehilangan nyali, kita akan kehabisan prajurit, dan ruang untuk mundur, ketika itu mereka menang."
Geryn memandang pemuda disebelahnya, ia sudah menjadi prajurit setidaknya 10 tahun lebih lama dari Dhanez, "tenang saja mayor, kau akan hidup cukup lama. jangan kecewakan ratu."
"tentu saja, ia dan negara ini takkan kukecewakan." Dhanez mengambil rokok Geryn dan menyalakannya, menarik asap panjang, "tak akan kukecewakan.."
"maksudku mayor, bukan ratu, tapi ratu sebagai..."
"hah?"
"aku ikut bersamamu dan Papa ketika menemui ratu bukan?" Geryn menghindari pandangan Mayor Dhanez, "ketika kau pergi, dan berhasil meyakinkannya untuk meninggalkan pegunungan Gagarin dia marah, namun kemudian ia izinkan karena argumen Papa lebih masuk akal daripada argumennya."
"terus?"
"ketika hendak pergi ia menahanku sebentar, dan menanyakan apakah kau dan aku akan pergi kesini ikut menahan musuh di padang ini," Geryn terdiam, "dan kujawab : ya, kita akan bertempur." menarik kembali asap rokok, geryn melanjutkan ceritanya: "dan ketika itu kujawab ia menangis. aku tahu ia perasa, ia sensitif, tetapi kenapa ketika kau pergi berperang ia menangis. dan sebagai info saja mayor, kau dan dia sudah berteman sejak kecil, simpulkan sendiri."
"sersan, aku cuma ksatria, dan ksatria di negeri ini tak berhak untuk menikahi bangsawan, apalagi keluarga kerajaan. memang aku berteman dengannya sejak kecil, ketika itu ayah masih jadi panglima kerajaan. tapi aku tahu, raja sebelumnya sudah memilihkan jodoh untuk sang ratu..."
"yang ia tolak... kau fikir kenapa di usianya yang hampir 18 tahun ia masih belum menikah? kau fikir kenapa ia begitu keras kepala menolak lamaran, siapa lagi yang ia tunggu, satu-satunya lelaki yang ada di hidupnya cuma kau sekarang."
dhanez terdiam.. dan memandangi padang rumput musim panas yang dikotori bangkai tank dan manusia.
No comments:
Post a Comment