ketika mentari naik satu tombak dari cakrawala, bertiup angin membelai. seorang wanita terbangun dari peraduannya, berselimutkan seprai tipis yang tak sembunyikan apapun. lajur lajur cahaya mentari menembusi kain tipis itu bagai laser, menyeruakkan siluet yang diukir dari tubuh yang berlatih di medan tempur, gabungan dari pemenuhan naluri dan pemikiran.
kaki kaki semampai itu hanya ditutupi hingga sebatas pinggul, berbulu halus, berwarna kecoklatan muda... dan tubuhnya penuh, terlihat dari bungkahan yang akan memaksa testosteron menembus atap kewarasan kebanyakan lelaki. namun...
namun tidak ada lelaki yang tak mengenal medan tempur sanggup menatap mata tajam dihiasi alis menukik bagai rajawali dan wajahnya yg penuh bara terpancar. dan sebagaimana adanya dirinya... pemikirannya, hatinya, bukanlah sebagaimana wajarnya pemilik tubuh dan pesona setara aphrodite.
orang mengenalnya sebagai Dewi Perang, simbol perlawanan, teroris...dan... petarung,
bibirnya berbisik pelan pelan....
"pertama... hancurkan harapan musuh akan sebuah kemenangan..."
tahap ini ia mulai ketika ia bersama ODA 048, memulai ofensif di jantung kota jakarta, menyerang serentak puluhan instalasi militer dan pemerintahan. menewaskan ratusan prajurit dan pegawai pemerintah. meski harus menanggung korban hingga 70 persen. kepercayaan internasional terhadap Junta runtuh, dan rakyat mulai berbisik bisik mengenai perang dan pemberontakan berkepanjangan di Republik.
"kedua, gunakan dan halalkan segala cara."
peperangan melawan Junta menimbulkan korban besar. ia tidak seperti Viny yang menaruh belas kasihan. kebrutalan menjadi jawaban melawan kebrutalan. pembunuhan, asasinasi, dan kontraasasinasi menjadi jalan melawan Intelijen Junta. saling membunuh dan menghancurkan sel intelijen lawan menjadi biasa. tiap satu network intelijen PDRS dihancurkan, serangan teror akan diarahkan ke infrastruktur intelijen Junta. baik pemboman, penculikan, ataupun pembakaran.
"ketiga, ambil kekuatan di kelemahan lawan."
cara perlawanan PDRS kini mempergunakan jaringan-jaringan para keturunan China. setiapkali Junta membalas dengan eksekusi dan memberangus keturunan china, dunia tahu. dan menjatuhkan citra Junta, dan kini PBB mulai memikirkan dekrit untuk menerapkan embargo ke Junta.
china daratan mulai secara aktif membantu PDRS. meskipun bantuan dari USSOCOM berupa advisor dan intelijen juga berguna, namun kebanyakan pejuang PDRS kini menyandang senjata buatan China.
"keempat, menyerang dari sisi tak terduga..."
sang gadis mendengar langkah-langkah kaki di belakang...
"mayor Noodraven?" ia melihat satu orang lagi, "letnan Alps?"
"pakai bajumu Tya. dan juga lihat berita 10 menit lagi."
tya, atau Triarona melengos tak peduli. major Nord atau Papa memiliki gairah setara biarawan. untuk lelaki sepertinya... ia, ia.. entahlah. meskipun begitu, letnan Alps agak berbeda, dan Tya tersenyum simpul mengingat malam membara yang pernah ia lewatkan. sayang Alps bertemu gadis baru.. yang bertubuh setipis papan...
begitu ia berpakaian sekedarnya, Tya turun dan melihat para prajuritnya mengerubungi televisi. mereka semua tak peduli dan hanya konsentrasi melihat televisi:
"...eskalasi kekerasan di Republik Demokratik Indonesia telah mencapai level memprihatinkan. dengan mempertimbangkan piagam berbangsa dunia. mandat diberikan pada koalisi internasional untuk membebaskan dan melepaskan belenggu demokrasi dan pelanggaran serta kejahatan kemanusiaan.
majelis Umum PBB menyatakan mengeluarkan Indonesia dari keanggotaan PBB. dan koalisi internasional untuk pembebasan Indonesia, berlaku mulai sekarang....
sidang ditutup..."
gemuruh tepuk tangan terdengar. Tya tersenyum, ayahnya dan ibunya serta adiknya mungkin kini juga tersenyum di akhirat sana....
matanya mencari cari. matanya hanya bertemu dengan Mayor Noordraven yang menatapnya dengan sedih... dan ia mengangguk. pria malang, mungkin ia mencintai Viny? mungkin ia hanya menyesali pernah mengecewakan seorang gadis? atau apa?
Triarona berbalik, bara ambisi terbakar dalam dada bersiap untuk pertarungan selanjutnya....
No comments:
Post a Comment