Sunday, September 28, 2014

Ace Combat Fiery Horizon: Flight of Karambit



Santa Hanna Airbase, 7th International Aviation Volunteer Group Regiment, 11th Squadron Walkuristan Air Force.

enambelas orang berjalan menyeberangi landasan yang berisik oleh suara kompressor mengalirkan udara bertekanan ke Delapan pesawat berwarna kelabu yang terparkir rapi. sementara para mekanik sibuk memeriksa dudukan senjata dan memastikan tidak ada baut yang lepas, longgar dan semua sistem beroperasi penuh.

"Paps, kau masih waras?"

"Fox, kau sudah bersamaku sejak perang saudara indonesia, kau tahu jelas aku SANGAT waras." Kolonel Adolf Nordraven menjawab perwira eksekutif Resimen, Mayor Fox Ghazali.

"tetapi menyerang armada Bomber Walkuristan, pengawalnya hanya dengan 8 pesawat itu sinting.."

"tenang, kita hanya membuka jalan, misi kita adalah menghancurkan skuadron pengawal mereka, Vityazhi. setidaknya mengurangi jumlah mereka, aku tidak bodoh Fox."

Fox terdiam, bukan kali ini ia mengikuti kolonelnya mengikuti misi setengah sinting berbau bunuh diri, tetapi entah kenapa ia selalu selamat. menaiki tangga pesawat dan menjatuhkan dirinya di kursi belakang, dan mengencangkan sabuk pengaman enam titik, mencabut pelatuk kursi lontar dan memastikan tidak ada barang-barang di kokpit yang dapat lepas.

kolonel Papa menyambung prosedur, memastikan electronic flight pad, bentuknya mirip ipad di paha kirinya terpasang dan data-data tersambung ke sistem diagnostik pesawat. menyambungkan masker dengan sistem oksigen pesawat. dan memeriksa sistem pesawat, begitu semua sistem berwarna hijau ia mengangkat satu jari dan memutarnya.

tangan kirinya menekan sejumlah tombol dan udara dari kompressor eksternal mengalir masuk dan bahan bakar disembur kedalam kamar bakar mesin eagle. dua getaran terdengar ketika tuas throttle di dorong ke minimum. kru melambai dan Strike eagle kini bergulir menuju landasan, diikuti wingman.

"Paps, disini Ikal, kondisi green, kita cleared to take off." Mayor Haikal "ikal" memecah komunikasi. papa mengangkat jempol dan meneruskan manuver menuju landasan pacu


papa mengetuk tombol transmit dua kali. mendorong tuas gas ke maksimum, mesin menggelora sementara turbin berputar maksimum mengirimkan tenaga, mendorong strike eagle ke kekuatan maksimum, papa mendorong lebih jauh lagi mengirimkan beberapa puluh kilogram bahan bakar ke ruang belakang... membentuk lidah api yang disebut afterburner.

papa menarik tuas kemudi ke maksimum dan kini sang rajawali besinya menanjak menuju udara bebas. hanya memakai setengah dari panjang landasan seharusnya, teknik lepas landas yang menjadi kebiasaannya di medan tempur, sangat boros bahan bakar namun itu sudah termasuk dalam rencana.


ia menggeser kemudi dan menariknya, membelokkan eagle sebesar 120 derajat ke kiri, diikuti haikal 4 detik kemudian dan enam rajawali lainnya berbelok menuju langit biru, kedua sayap terentang. papa melirik jam, dalam 30 menit, matahari terbenam dan operasi kerambit dimulai. ia menarik landing gear dan memasukkan flaps dengan jemari kirinya.

papa menggeser dan memeriksa sistem senjata, terdapat enam misil AMRAAM, empat misil Sidewinder terbagi dalam cantelan di sayap dan tersimpan di ruang senjata melekat dengan bodi eagle. sistem pertahanan aktif, dan jaringan datalink yang memungkinkannya melihat apa yang rekannya lihat di radar, 

sementara matahari terbenam pelan pelan, delapan jet eagle melesat menuju angkasa, di kejauhan terlihat dua titik berupa tanker yang akan mengisi kembali bahan bakar untuk misi yang akan berlangsung dalam 45 menit lagi.

Airspace B7R, Resimen Ke-9 Vityazhi/knight of Gumrakiya Empire Frontal Aviation




getar-getar mesin terdengar dibawah tempat dudukku sementara matahari mulai terbenam di ufuk melambai menyapa dataran hijau dibawah yang berubah menghitam. matahari senja yang dahulu dihabiskan bersama seseorang, hanya berdua. dan kini hanya sendirian di kecepatan subsonik membelah angkasa.

namaku Alpha Ivanevich Vityazhi, pilot dan komandan resimen ke-9 Gumrakiya. negaraku berperang dengan Walkuristan, berdasarkan hal simpel, perebutan hak-hak sumberdaya alam. dan kini Kaisarina Katyarona pemimpin tertinggi Gumrakiya meminta kembali haknya. dengan paksa tentunya.

setelah 3rd Shock Army berhasil menembus pertahanan di pegunungan gagarin, kini Divisi Pengawal ke 12 berpacu bersama dengan Divisi pengawal pertama di sisi kiri dan kanan Walkuristan. Mayor Jenderal Chris, kesayangan kaisarina kini bertempur melawan delaying action dari sisa sisa pasukan walkuristan, meskipun dengan korban cukup besar namun mereka terus maju. sementara divisi pengawal pertama ditugasi merebut kota Kronviennystadt yang dipertahankan dengan gigih oleh dua divisi pasukan payung Walkuristan. kota itu adalah satu satunya kota yang memiliki jembatan cukup layak untuk menyeberangi sungai yang memisahkan walkuristan utara dan selatan.

dan kini, aku bersama 16 jet lainnya bertugas mengawal 40 pembom Tu-16K mengebom ibukota Walkuristan. WAF semakin pandai, mereka sangat gigih melawan pembom di siang hari, sehingga kini pemboman hanya dilakukan malam hari, praktis karena mereka tidak memiliki pesawat yang dapat bertempur malam hari.

aku mencoba menikmati penerbangan kali ini, hampir tidak ada resiko. layar radar bersih samasekali. dan mungkin aku bisa memikirkan Ve, dan omongannya. namun....

dua ledakan terlihat dan dua Flanker yang berada di belakang formasi pembom berubah menjadi bola api. 

"bandit, bandit bandit! evade!" teriakku, menarik throttle dan menikungkan pesawat ke belakang, berbelok 180 derajat dengan ahli, menghidupkan raster radar ke power maksimal dan melihat empat kontak. 50 kilometer jauhnya. kini delapan jet bergerak saling mendekat, aku memeriksa RWR, namun tidak terlihat kontak dari radar musuh, seharusnya ada.....

tak lama tone radar penguncian kembali terdengar, aku membanting kemudi mendadak ke bawah, diikuti Arya, wingman-ku sementara puluhan berkas terlihat melesat, menghantam jet jet flanker yang tak sempat menghindar, berledakan.

tidak ada tone'

tidak ada berkas radar,

hanya kontak sesaat dan menghilang, 

"oka nieba, disini Vityazh! kami diserang, separuh escort hancur, meminta izin membatalkan misi."

"negatif Vityazh, press and engage!"

"negatif Oka Nieba..."

"perintah sudah jelas, perintah hanya dari kaisarina sendiri. dilarang mundur!"

"Govno!" aku memaki "Ar...Strela, kau baik baik saja?" tanyaku pada wingman, Mayor Arya.

"siap kolonel semua sistem hijau."

"sambut mereka!"

diikuti delapan jet yang tersisa kini mendekat, menghidupkan radar dan meluncurkan misil misil, namun hanya beberapa saat scope radar dipenuhi oleh noise jammer. aku menghidupkan optik OLS flanker dan kini mereka terlihat di layar FLIR Flanker 

ada empat jet di depan, tidak ada jalan lain selain memakai pertempuran jarak dekat, namun mereka memakai taktik aneh, dua pesawat menukik, dan dua lainnya menanjak jauh melewatiku, taktik klasik. aku melihat pesawat apa yang menjadi lawan.... strike eagle...

para pilot bayaran itu lagi. aku menarik tuas, menanjak dan kini jarak hanya 10 kilometer, melakukan manuver kobra pugachev berbalik untuk menerkam jet yang kini menukik, manuver yang tak bisa diikuti oleh jet lain. dari balik kacamata malam aku melihat eagle yang menanjak mencoba berbalik, namun... mereka tak akan berbelok tepat waktu untuk menyelamatkan temannya...





"Vityazh! Misil!" aku terkejut dan melihat sebuah berkas diarahkan tepat kearahku dari jet lawan yang belum menyelesaikan belokannya, aku mendorong tuas, namun karena manuver kobra, kecepatan pesawat menurun drastis, dan aku hanya mencoba membelokkan pesawat setajam mungkin sementara suara gemeretak terdengar... "warning, warning, over G" aku melihat indikator kecepatan dan gravitas mulai menyentuh angka 11 G, dan aku bersumpah sidewinder yang ditembakkan oleh strike eagle hanya berselisih sekian meter dari kaca kokpit 

"strela!" aku melihat ledakan terlihat di pesawat arya, namun ia tetap bisa mengendalikan jetnya, meskipun asap tebal mengepul dari bodi pesawat.

"vityazh Skuadron!" teriakku ke radio

"vityazh Skuadron!" tidak ada jawaban, aku mendekat ke arah Flanker arya, yang tertatih tatih menjauh menuju utara. tidak ada piliha lain selain mundur. di layar radar aku melihat enam jet strike eagle kini mendekat ke formasi bomber, dan satu persatu penanda unit bomber menghilang dari radar.

"Alps, mereka mendekat!" aku melihat dua jet mendekat, namun satu berpisah, kini hanya ada satu yang mendekat. dilema....

jika aku mengejar, eagle satunya akan dengan gampang menembak jatuh arya. jika aku tetap dalam formasi mereka dengan gampang menembaki, satu satunya cara adalah...

"Kolonel, lawan mereka, balaskan dendam kawan-kawan, sampaikan salam pada Naomi!" teriak arya di Interkom.

aku berpikir sejenak namun eagle itu mendekat dan menggoyangkan sayapnya. isyarat perdamaian, apa maksudnya ini. aku melihat strike eagle itu memasukkan rudalnya ke dalam bodinya. itu mengapa mereka dapat berbelok dan lincah dalam pertempuran tadi. praktis kini tidak ada senjata yang bisa ia gunakan.

strike eagle terbang merapat ke sayap kiri ku, dan pilotnya menaikkan tangannya dalam isyarat internasional,

TERBANG DALAM FORMASIKU, TETAP MENUJU UTARA,

aku membalas dalam isyarat, mengingat aku tidak tahu frekuensi radio strike eagle hitam ini, KENAPA AKU HARUS MENURUTIMU

MEREKA MELIHAT MARKING JET INI, UNIT ANTIPESAWAT WALKURISTAN TIDAK AKAN MENEMBAKIMU DAN TEMANMU. jawabnya

aku menggeleng dan kembali bertanya, KENAPA?

KEHORMATAN, FAIRNESS! 

tak sampai 20 menit, dan dalam lima menit kini aku mendekati ruang udara Gumrakiya, dan kembali mengeluarkan israyat KENAPA?

BROTHER, HEROES, FOES,  dan ia menambahkan.... BERTARUNG DENGAN FAIR DAN ADIL, KITA ADALAH SAUDARA, DAN KITA ADALAH KSATRIA, PERGILAH

ia menggoyangkan sayap dan memberi salut yang kubalas, sebelum kemudian berbalik.

aku tak berkata apapun dan secepat ia berbalik, secepat itu ia menghilang....

brothers, heroes, foes..... dan terus itu terngiang di pikiran...

No comments:

Post a Comment