IAVG Gear Files
Overview
International Aviation Volunteer Group sebagai suatu organisasi adalah Grup yang didirikan ketika Indonesian Emergency. yakni ketika krisis Laut China Selatan memanas dan mulai memasuki Indonesia. prinsip Indonesia yang bebas aktif dalam konstitusi tidak memungkinkan Indonesia untuk menerima dan menjadi bagian suatu aliansi militer tertentu.
invasi China terhadap Kepulauan Natuna, Bangka dan sebagian Kepulauan Riau pada awalnya membuat kekuatan TNI AU berkurang drastis. alternatif bantuan militer diterima dari NATO dan sejumlah negara lain. akan tetapi Indonesia memiliki kekurangan lain yang lebih mendesak: Pilot dan teknisi tempur.
konstitusi indonesia melarang indonesia memasuki aliansi militer dengan negara lain dan memungkinkan seseorang berkewarganegaraan asing untuk berdinas di TNI AU. untuk menyiasati ini sejumlah Diplomat Indonesia memiliki ide untuk mendirikan suatu Grup Sukarelawan yang akan bertempur sebagai elemen bantuan yang terpisah samasekali dari militer namun tetap berada dibawah komando operasi militer.
Dengan bantuan peralatan,pesawat dan suku cadang dari Jepang, Amerika, Australia yang berkepentingan untuk membendung pengaruh China di Pasifik, Grup ini ditunjuk dan diisi oleh para pilot berkewarganegaraan asing. namun ketiga negara ini menolak para pilotnya berdinas di Grup ini dengan alasan dapat memicu eskalasi konflik. untuk itu ditunjuk pilot dari negara ketiga. Sommenesia. sebuah negara yang pernah dilanda konflik pada masa Perang Dingin yang memiliki salah satu pilot terbaik di Pasifik.
Grup ini disebut dengan nama International Aviation Volunteer Group. terdiri dari sejumlah besar pilot Sommenesia baik yang veteran maupun masih muda untuk bertempur atas nama indonesia. meskipun dengan korban besar, Grup ini dengan sukses menjadi unsur penting dalam Indonesian Emergency dan memberi waktu bagi TNI untuk mengumpulkan kekuatan, dan mengusir China dari Laut China selatan serta merebut kembali Natuna.
pasca Indonesian Emergency, Grup ini akan dibubarkan, namun perang Korea pecah, Korut menginvasi kembali Korsel dan melakukan serangan ke Jepang, terutama serangan udara. IAVG atas permintaan Kekaisaran Jepang kembali turun ke palagan dan bertempur dalam misi-misi pertahanan Kota-kota jepang dalam melawan pembom korut, dan misi serangan jarak jauh ke dalam Pyongyang. serta turut serta mendukung misi penghancuran instalasi Nuklir Korut di Yongbyon
kini di tahun 2020, IAVG berpartisipasi dalam misi sebagai pelatih Angkatan Udara dunia ketiga, berfungsi sebagai skuadron oposisi sebagai lawan latih bagi negara yang menyewa mereka untuk meningkatkan kapabilitas dan skill bertempur pilot negara klien. IAVG memiliki andil besar dalam mendirikan sekolah penerbang tempur terbaik di hampir 9 negara di dunia.
selain dari misi pelatihan IAVG juga berpartisipasi dalam operasi perdamaian PBB dan salah satu kontingen mereka bertempur untuk kerajaan Walkuristan yang tengah di Invasi tetangganya. sebagai salah satu Angkatan Udara Swasta di dunia, mereka di dukung oleh peralatan terbaik. salah satunya adalah...
1. F-15E Sacred Eagle.
Sacred Eagle adalah varian F15E Strike Eagle yang telah mengalami perombakan sesuai spesifikasi yang dipesan oleh AU Sommenesia berdasarkan pengalaman IAVG di palagan Indonesia. awalnya IAVG mengoperasikan versi awal strike eagle melawan jet-jet garis depan PLAAF/AU China. terutama jet stealth/siluman China J-20, J-31, J-11/varian Flanker -27SK, J-16/Varian Flanker -30MKK yang memiliki kemampuan manuver sangat baik dan jumlah besar.
rasio Kill awalnya sangat buruk, hanya 1:1, 2:1, bahkan hanya 0.8 : 1 dikarenakan doktrin AU Sommenesia yang merupakan fotokopi doktrin USAF modern terbukti kurang efektif dalam pertarungan udara jarak dekat. para veteran Dogfight kemudian memberi masukan pada AU Sommenesia untuk melakukan beberapa perbaikan pada Strike Eagle.
perbaikan itu mencakup mesin yang lebih baik dan memiliki kemampuan supercruise hingga mach 1.8 sehingga memiliki akselerasi yang agresif dan durasi tempur lebih lama di udara dan untuk kabur dari manuver flanker yang sangat lincah.
dari lain, Sacred eagle dibuat memiliki internal weapons bay, atau ruang simpan senjata internal yang memungkinkannya membawa empat rudal udara ke udara jarak menengah AMRAAM-ER tanpa harus memikirkan Drag/hambatan udara yang terjadi akibat menggendong senjata di sayap atau perut pesawat.
kemampuan ini dibuktikan ketika Sacred Eagle melawan sejumlah besar jet tempur Flanker Korut dan Fulcrum yang lincah, Sacred Eagle dapat memiliki keunggulan speed dan manuver lebih baik karena memiliki aerodinamika lebih baik dari jet lawan.
dari sisi radar, kemunculan jet Stealth/siluman membuat radar APG-70 Strike eagle menjadi kuno. pihak Sommenesia memutuskan untuk memasang radar yang sama dengan yang dipasang di Raptor, yakni APG-80 yang memiliki resolusi dan sensitifitas lebih baik untuk mendeteksi jet tempur siluman dan memungkinkan Sacred Eagle melihat sasaran dengan menggunakan Range While Scan Mode up to 200km di ketinggian tinggi,
beberapa fitur lainnya adalah, LPI atau low probability of intercept, dengan menggunakan 1965 modul transmisi dan penerima di radar, maka ia sanggup menggunakan beberapa parameter pendeteksian dengan menggunakan beberapa frekuensi sekaligus dengan acak sehingga pesawat sasaran tidak dapat mendeteksi apakah ia tengah dideteksi dengan radar seperti pada radar konvensional.
beberapa mode radar ini adalah TWS, track while scan untuk dapat meluncurkan hingga delapan rudal sekaligus terutama rudal AMRAAM-ER, STT scan untuk meluncurkan rudal Sparrow, NCTR atau Non Cooperative target recognition untuk mendeteksi sasaran dan tipenya dari jarak jauh, HRM atau High Resolution Map untuk memetakan dan mencitrakan daratan sekaligus untuk mendeteksi pergerakan lawan di darat, termasuk diantaranya fungsi terrain following untuk pemboman dan terbang rendah dibawah jangkauan radar lawan.
Sacred Eagle didesain untuk bertempur dan mengebom sasaran strategis di malam hari, oleh karena itu ia dilengkapi dengan pod navigasi malam, SNIPER XR, dimana pod ini memiliki modul IR dan laser untuk menandai dan mengebom sasaran di malam hari.kemudian OLS atau penjejak optik yang berpasangan dengan modul penjejak radar untuk misi pemboman dan terbang sangat rendah mengikuti kontur bumi
kemampuan lain yang membuat Sacred Eagle dapat mengimbangi jet lain yang lebih lincah adalah Datalink. datalink adalah kemampuan sebuah pesawat berbagi data dengan pesawat lain, jadi apa yang dilihat sebuah pesawat, dapat dilihat pesawat lain, dikunci, dijejak dan dihancurkan dengan berbagi data. sehingga Sacred Eagle tidak perlu menghidupkan semua radarnya ketika bertempur atau berbagi apa yang tidak dideteksi oleh radarnya sendiri
tuntutan untuk bertempur di ketinggian rendah memiliki tantangan yakni berupa ancaman SAM dan rudal serta artileri antipesawat juga radar lawan makin tinggi. oleh karena itu Sacred Eagle memiliki perisai elektronik dan kemampuan untuk mendeteksi, melawan, menipu juga melihat apa yang menjadi ancaman baginya. terbagi atas tiga modul, elektronik, optik dan aktif.
modul elektronik terdiri dari sejumlah besar antena sensitif dan pemancar yang akan memancarkan sinyal untuk membungkam radar pencari lawan, membuat Sacred Eagle menjadi tersembunyi diantara derau elektronik secara otomatis jika mode EWWS diaktifkan. efektif untuk menghindari rudal jarak menengah yang dikendalikan radar.
modul ini juga berfungsi mendeteksi tipe ancaman, apakah itu radar pencari, ataupun memberitahu apakah Sacred Eagle tengah dikunci rudal lawan dan menampilkan arah, perkiraan posisi radar dan tipe ancaman yang ada dalam suatu layar.
untuk ancaman elektronik, terdapat suatu sistem yang juga berguna untuk pertempuran udara jarak dekat, aslinya dikembangkan untuk Joint Strike Fighter Program. yakni Distributed Aperture Sight, terdiri dari enam kamera televisi optik yang secara otomatis mendeteksi, mengunci, mencitrakan dan memberikan peringatan pada pilot bila mendeteksi rudal yang tengah mengarah, tembakan artileri antipesawat.
sistem ini bila diaktifkan juga dapat memberikan kemampuan bagi pilot untuk *melihat* apa yang menjadi titik mati yang tak terlihat seperti bagian belakang dan bawah pesawat. termasuk mendeteksi gerakan dalam jumlah besar ataupun pergerakan benda-benda metal besar seperti tank dan ranpur ataupun mobil
seluruh perisai elektronik ini disatukan dalam satu layar yang disebut TEWS atau Tactical Electronic Warfare System yang dapat difungsikan secara otomatis, semi otomatis ataupun manual dalam menghindari serangan lawan.
dengan kemampuan perisai elektronik ini Sacred Eagle dianggap mampu dan merupakan jawaban bagi pesawat lawan yang mengandalkan jumlah, dan kelincahan. yakni dengan kemampuan deteksi dan perlindungan elektronik yang superior dari lawan. berikutnya akan dijelaskan mengenai berbagai senjata yang dirancang untuk melaksanakan misi-misi Sacred Eagle di udara dan pemboman darat.